
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Pahlawan tidak melulu tentang perang atau pendekar dalam suatu pertempuran. Kepahlawanan justru harus dilihat secara lebih mendasar dengan kebaikan-kebaikan yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Hal itu mengemuka dalam diskusi memeringati Hari Pahlawan yang digelar oleh Komunitas Lintas Agama dan Kepercayaan Pantura (Tali Akrap) di Kompleks Makam Sedo Mukti, Desa Kaliputu, Kudus (10/11/18).
Ketua Tali Akrap, Mohammad Rosyid, mengutarakan kegiatan ini bertujuan menggali konsep etis yang dicontohkan oleh RMP Sosrokartono untuk jadi teladan, utamanya bagi generasi muda. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan agenda silaturrahim dengan warga lintas agama dan kepercayaan.
“Orang Pantura, khususnya Kudus, memiliki sesepuh yang berbobot dari segi keilmuan dan perilaku tetapi tidak begitu terkenal. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan sosok RMP. Sosrokartono dan meneladani kepahlawanan beliau,” kata peneliti dan dosen IAIN Kudus ini.
Rosyid melanjutkan, nilai Caturmurti yang dijadikan prinsip hidup oleh RMP. Sosrokartono penting untuk dihidupkan kembali pada era sekarang. Caturmurti yaitu memiliki pikiran, perasaan, perhatian dan perbuatan yang sama dalam kehidupan. Dasarnya adalah fitrah manusia yang dipenuhi nilai-nilai kebaikan.
“Maknanya, dalam hidup seseorang harus mengutamakan konsep perilaku etis dengan berlaku baik kepada sesama. Itulah fitrah manusia yang sesungguhnya,” jelas Rosyid.
Menurutnya, era sekarang sebagian besar manusia sudah hampir melupakan fitrahnya sehingga lebih mengedepankan materialisme dalam berbuat. Akibatnya banyak pula orang-orang yang sudah menafikan perilaku bijak sebagai pedoman hidup mereka.
“Semua perbuatannya dihitung dengan kacamata materi, kalau menurutnya tidak menguntungkan ya tidak dilakukan. Harapannya, nilai dan ajaran hidup Sosrokartono ini bias jadi inspirasi bersama untuk mengutamakan kepentingan umum dan kemanusiaan,” lanjutnya.
Di Tali Akrap, imbuh Rosyid, kami menanamkan nilai untuk saling memahami perbedaan dalam hal agama. Perilaku saling srawung juga dilakukan untuk saling membantu dalam memecahkan persoalan kerberagaman.
Sementara itu, perwakilan Komunitas Buddha, Suparno, mengatakan simbol Alif pada sosok Sosrokartono memiliki ragam makna yang bisa dijadikan pegangan hidup. Kendati beragam makna, semua itu sebenarnya memiliki muara yang sama yaitu tegaknya kebenaran dan kebaikan. (rid/adb)