
DEMAK,Suaranahdliyin.com –Ahad siang (15/6/2015) ini 100 Ribu warga NU bakal melaksanakan doa bersama (istighotsah) kemanusiaan peduli terhadap bencana rob dan banjir yang terus melanda kawasan pesisir. Dengan diinisiasi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Demak, aksi kemanusiaan besar-besaran ini akan dimulai pukul 13.00 WIB di kawasan depan Polytron Sayung Demak.
Menurut informasi, , aksi ini sebagai simbol solidaritas terhadap ribuan warga terdampak rob. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari keputusan rapat pleno PCNU Demak pada 31 Mei 2025, dan telah dikoordinasikan dengan seluruh MWCNU se-Kabupaten Demak.
“Kegiatan ini bukan semata bentuk protes, melainkan ekspresi keprihatinan dan kepedulian atas musibah yang melanda lima kecamatan, yaitu Sayung, Karangtengah, Bonang, Kedung, dan Guntur,”ujar Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Demak yang menjadi Koordinator Aksi Bencana Alam (Rob) PCNU Demak, Mustain,
Mustain mengatakan banjir rob ini sudah terjadi sejak 2001 dan belum tertangani secara tuntas. Kini, genangan air tidak hanya merusak jalan utama, tapi juga melumpuhkan aktivitas ekonomi, pendidikan.
“Bahkan sebagian desa mulai tenggelam,”ungkap Mustain, Sabtu (14/6/2025).
Ia menyoroti bahwa meski pemerintah pusat telah merancang pembangunan tol Kaligawe-Demak sebagai solusi, proyek tersebut diperkirakan baru rampung pada 2027. Bahkan, menurutnya, proyek itu tidak akan efektif tanpa dibarengi dengan pembangunan tanggul laut.
“Jika tanggul laut tidak dibangun, maka empat kecamatan tetap akan terdampak. Dan langkah Pemprov sejauh ini hanya menyentuh area jalan utama, belum menjangkau perkampungan warga,” tegasnya.
Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Demak, Abdullah Zaini, turut menyampaikan bahwa aksi ini bukanlah demonstrasi, melainkan doa bersama sebagai bentuk ikhtiar spiritual warga NU untuk mengetuk pintu langit dan hati para pemangku kebijakan.
“Banyak warga kehilangan tempat ibadah, jalan rusak, anak-anak tak bisa sekolah, dan pekerjaan pun hilang. Ini bukan lagi sekadar bencana alam, tapi sudah menjadi krisis kemanusiaan. Maka, kami memilih istighotsah sebagai jalan untuk memohon pertolongan Allah, sekaligus mengetuk perhatian pemerintah pusat,”ungkapnya.
Ia juga mengapresiasi upaya yang telah dilakukan pemerintah kabupaten dan provinsi, namun meyakini penyelesaian menyeluruh hanya bisa dilakukan oleh pemerintah pusat.
“Kami paham bahwa pemerintah daerah telah berjuang, tapi ini masalah besar yang butuh langkah strategis dari pusat,”ujarnya.(nfk/adb)