— Catatan ringan sebelum kataman kitab al-Rasul al-Mu’allim wa Asalibihu fi al-Ta’lim, karya Abu Ghudah —
Oleh: Kiai Mohammad Mujab
Belajar bahasa asing adalah bagian dari pendidikan rasulullah s.a.w. Suatu ketika rasul s.a.w memanggil sahabat Zaid bin Tsabit dan memerintahnya untuk mempelajari bahasa Suryani. kalau sekarang mungkin Hebrew/ibrani. Tidak lebih dari setengah bulan kemudian Zaid bin Tsabit mulai mempelajarinya.
Dahulu banyak tokoh Islan, kiai dan habaib “polyglot” (orang yang menguasai banyak bahasa asing). Seperti raden Sosrokartono, habib Ali, ayah dari @HabibluthfiYahya, KH.Ahmad Yazid, Pare, Kediri dan masih banyak lagi.
Islam sebetulnya memiliki prinsip dasar pendidikan paling hebat. Saya kira kemajuan pengetahuan skrg salah satu peran besarnya adl prinsip tsb.
Thalabul ilmi minal mahdi ilal lahdi, blajar ilmu sejak dlm buaian sampai mati. Adalah rentang waktu belajar yang sangat panjang. sehinggi memungkin bagi seseorang untuk belajar secara purna.
Ada satu lagi yg menurut saya sangat prinsip sekali: al-Hikmatu dlallaatul mukmin. Kebijaksanaan/pengetahuan adl barang yang hilang milik mukmin. RasulSangMahaGuru kemudian memerintahkan; “Dimanapun kalian menemukannya, maka ambillah!”
Sangat besar kemungkinan hadis di atas yang mendorong daulah Abbasiyyah mentransfer secara besar2an ilmu filsafat dr Yunani. Seperti yang kita ketahui, Filsafat dalam bahasa Arab juga disebut sebagai hikmah / kebijaksanaan. (*)
Jekulo, 14 Ramadan 1439 H
Kiai Mohammad Mujab,
Adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Yasir, Jekulo, Kudus. Di tengah-tengah kesibukannya mengasuh pondok, ia juga masih menyempatkan menulis buku.