
LEBANON, Suaranahdliyin.com – pada Jum’at (20/11/2020) kemarin, pengurus PCINU Lebanon periode 2020 – 2022 M resmi dilantik. Pelantikan digelar di Masjid Abdurrahman bin Auf, Beirut, Lebanon.
Pelantikan pengurus kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, lantaran dalam situasi Covid – 19. Hanya sebagian pengurus yang dilantik dalam satu ruang dengan memperhatikan protokol kesehatan, sedang lainnya mengikuti secara virtual.
Dibuka dengan lantunan ayat suci al-Quran, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Yalal Wathon. Sedang pelantikan dan pengesahan pengurus PCINU Lebanon masa khidmah 2020-2022 ini, dipimpin oleh Rais Aam PBNU, KH. Miftachul Akhyar melalui aplikasi “Zoom”.
Duta Besar LBBP Indonesia untuk Lebanon, Hajriyanto Y. Thohari, yang ikut hadir melalui virtual, dalam sambutannya menyampaikan, bahwa Nahdlatul Ulama (NU) telah berperan penting bagi bangsa Indonesia. “Saya berharap, NU dan para kadernya terus menyebarkan dakwah Islam yang moderat,” pesannya.
KH. Miftachul Akhyar, saat diminta memberikan nasihat kepada pengurus baru, menyampaikan beberapa hal penting. Yakni NU itu “SK”-nya dari para auliya. Organisasi ini sudah bagus, namun tergantung bagaimana pengelolanya. Jika pengelolanya prima, maka NU pun akan ikut prima.
“Orang pintar sudah banyak, akan tetapi kita membutuhkan orang pintar yang juga benar. Maka dari itu, seorang ulama harus dibarengi dengan rasa ‘khasyatullah’ (rasa takut kepada Allah),” ujarnya.
Dikatakannya, belajar di manapun boleh, asalkan ‘iqra’ (membaca)-nya jangan lupa ‘bismi rabbik’ dengan menyertai dan menyebut nama Allah.
Ditambahkannya, bahwa kini NU sudah mendekati 1 abad usianya, maka kader-kader NU harus siap menerima tantangan global. “Menjelang 1 abad NU, para kader NU, tak terkecuali PCINU Lebanon, supaya memberikan ide-ide dan pemikiran bagi NU,” tuturnya.
Disampaikannya lebih lanjut, jika dalam dunia industri menggunakan sistem 4.0, NU juga mencoba 4.0 konsep untuk “mendesain ulang”.
4.0 yang dimaksud KH. Miftachul Akhyar itu adalah grand idea, guna menampung ide-ide cemerlang para kader-kader NU dan grand desain, yakni untukbmendesain ulang sebagian metode dakwah, agar masyarakat Indonesia memiliki karakter dan idealisme.

Selanjutnya adalah grand strategy, terkait pentingnya kaderisasi. Nantinya, kader-kader terbaik NU bisa didistribusikan ke embaga-lembaga sosial maupun pemerintahan.
“Terakhir yaitu grand control. Penting sekali adanya kontrol dari para ‘Rais Syuriah’ untuk turun menyapa dan mendeteksi problematika umat, layaknya dokter yang tahu keluhan dan penyakit pasiennya. “Syuriah harus tahu detak denyut jantung umat,” tegasnya. (Abdul Fathir Kautsar,
Katib Syuriah PCINU Lebanon)