
BOYOLALI, Suaranahdliyin.com – Takziah atas meninggalnya seseorang dapat dijadikan peringatan bagi yang masih hidup, sebab setiap orang sudah masuk antrean dan cepat atau lambat akan merasakan. Lalu, apakah ada perubahan perilaku setelah menyaksikan kematian?
Pengasuh Pesantren Al Huda Petak, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang KH Maghfur Sarmadi mengatakan, (sebagian) kita sering mengabaikan nasihat teman, guru, atau kiai tentang bagaimana menjalani hidup yang baik sebagai bekal di akhirat.
“Kematian orang juga bisa menjadi nasihat agar merubah seseorang lebih baik dengan semakin menyadari bahwa semuanya akan mati. Persoalannya, sepulang takziah mau berubah atau tidak?” tuturnya dalam prosesi pemakaman H Suwarnan, warga Dusun Beran, Desa Karangjati, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, Selasa (14/11/2023).
Kiai Maghfur menyebutkan tiga hal yang akan mengikuti orang yang meninggal. Pertama, keluarganya sampai ke pemakaman. Kedua, sebagian kecil harta bendanya (kain kafan). Ketiga, amal perbuatannya sebagai tabungan hari kemudian.
“Maka kita mesti menyiapkan bekal kematian. Jangan sampai terlalu sibuk mencari dunia sehingga lupa menjalankan shalat, puasa, sedekah, dan kebaikan lainnya,” ujarnya.
Dirinya juga mengatakan bahwa manusia terdiri dari tiga hal. Pertama, ruh; ia akan kembali kepada Allah SWT. Kedua, jasad; ia ditunggu kuburan (makam). Ketiga, amal perbuatan; dialah yang akan menemani di alam kubur (dan seterusnya).
“Ketika mayat yang semasa hidup menjalankan shalat, puasa, dan amal kebajikan, maka akan beruntung di akhirat. Karenanya manfaatkan dengan baik kesempatan hidup. Jika sudah terlanjur mati tidak bisa kembali perbaiki amal,” ucapnya.
Kiai Maghfur pun sampaikan 5 perkara yang harus disegerakan. Pertama, pengurusan mayat agar segera dimakamkan. Kedua, menikahkan putri (yang sudah saatnya). Ketiga, memuliakan tamu. Keempat, membayar hutang. Kelima, bertobat.
Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah ini berpesan agar kita bisa mengambil hikmah dari tiap kematian dan kepada anak-cucu yang ditinggalkan agar meneruskan kebiasaan baik dari almarhum.
“Anak-cucu yang tidak mau meneruskan kebaikan orang tuanya berarti menganiaya diri sendiri,” tegasnya.
Ketua Rukun Warga (RW) 06 Desa Karangjati Zumri menyampaikan terima kasih banyak atas takziah atau kehadiran warga Beran dan sekitar yang turut bela sungkawa, menghibur keluarga, dan mendoakan almarhum H Suwarnan.
Dia menyampaikan sebagaimana adat yang sudah berjalan, di setiap malam pertama kematian, warga dimohon kehadirannya untuk mengadakan shalat unsi (hadiah) setelah shalat magrib serta khataman Al-Qur’an dan tahlilan setelah shalat isya.
“Untuk hari berikutnya sampai ketujuh, diisi tahlilan atau ditambah khataman Al-Qur’an,” ujarnya. (siswanto ar/ ros, adb, rid)