
BOYOLALI, Suaranahdliyin.com – Katib Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, Kiai Khumaidi mengatakan Islam dibangun dengan lima tiang. Empat tiang pokok yaitu syahadat, salat, zakat, dan puasa Ramadhan; serta satu tiang lagi sebagai penyempurna yaitu haji.
“Agama Islam diibaratkan sebuah bangunan yang minimal harus memiliki empat tiang pokok. Dari keempat tiang ini yang paling kuat adalah salat,” katanya dalam Tarawih Keliling (Tarling) Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor bersama MWCNU Wonosegoro di Masjid Al Muchsinin Desa Bojong pada Sabtu (25/3/2023) lalu.
Sementara terkait puasa, Kiai Khumaidi menjelaskan tentang dua kategori yang membatalkan puasa, yakni membatalkan secara syari’at dan membatalkan dalam segi pahalanya. “Hal-hal yang membatalkan puasa secara syariat di antaranya adalah makan dan minum. Adapun perkara yang membatalkan pahala puasa ialah namimah atau adu domba, berbohong, sumpah palsu, ghibah, dan takabbur atau sombong,” ujarnya.
Dia mengingatkan, hendaknya menjalankan puasa dengan baik dan tidak dinodai perbuatan yang menghapus pahala. “Alangkah ruginya orang-orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain hanya lapar dan dahaga,” terang Kiai Khumaidi yang juga pengasuh Pesantren Darussalam Desa Bandung.
Ketua PAC GP Ansor Wonosegoro Riadi Setiawan menyampaikan bahwa acara Tarling tersebut adalah program kerja Rijalul Ansor yang diketuai ustaz Arifin dan didukung penuh MWCNU Wonosegoro.
Riadi mengapresiasi tinggi atas antusias warga Bojong dalam menyukseskan kegiatan Tarling. “Ini kami lihat sejak awal, baik dari Pimpinan Ranting GP Ansor Bojong maupun warganya sangat luar biasa, karena menawarkan diri siap yang pertama saat kegiatan Tarling sedang dimusyawarahkan,” katanya.
Kegiatan Tarling putaran pertama tersebut dihadiri pengurus MWCNU, Ansor Banser, serta warga setempat. “Tarling selanjutnya bertempat di Desa Kauman, Desa Ketoyan, dan terakhir di Desa Bolo,” kata Riadi.(muqtafaiz/ sis, adb)