KH. Choirozyad adalah putera KH. Turaichan Adjhuri (ahli falak kenamaan). Nasab beliau bersambung hingga Sunan Kudus (Syekh Ja’far Shodiq). Yi Zyad –sapaan KH. Choirozyad- adealah sosok yang alim namun low profile.
Yi Zyad semasa muda, sering nderekke KH. Turaichan Adjhuri (Mbah Tur), dalam berbagai acara keagamaan maupun sosial. Beliau banyak meriwayatkan cerita-cerita tentang hubungan abahnya dengan kiai-kiai di seluruh Jawa dan mancanegara.
Beliau kapundut pada usia 74 tahun (generasi X), namun beliau sangat sadar media dan rajin setiap hari menyapa santri-santrinya (termasuk Saya) melalui jaringan pribadi whatsapp (seperti generasi Y, Z).
Pada suatu hari, Yi Zyad menceritakan kegelisahannya tentang “terbang papat” yang semakin hari semakin minim generasi muda yang mau belajar tentangnya. “Pemuda sekarang sudah tidak bisa terbangan model Jowo, karena tidak mau belajar, dianggap kuno kurang greget, senang import, asyroqol model Jowo juga sudah tidak bisa karena dinilai kurang ngetren,” ucapnya, waktu itu.
Kegelisahan Yi Zyad, bagi Saya bermakna keprihatinan terhadap anak-anak muda sekarang, yang lebih suka dengan tren dan hal-hal yang berbau import, kendati harus melupakan tradisinya.
Padahal mestinya, kita harus bangga dengan nilai-nilai luhur dan peninggalan nenek moyang kita sebagai jati diri serta warisan yang tiada ternilai harganya. Tidak salah kita ‘menjulang tinggi’ namun harus tetap ‘mengakar kuat’.
Mengakomodasi budaya modern tidak salah, asal tidak bertentangan dengan syari’at, akan tetapi jangan sampai meninggalkan tradisi kita. Dalam penilaian Saya, itulah salah satu yang dicontohkan Yi Zyad: kualitas ilmu beliau tinggi, namun tetap mau menyapa santri-santrinya. Ini sedikit tamsil tentang ‘menjulang tinggi’ dan ‘mengakar kuat’.
Kini, beliau telah meninggalkan kita di hari yang baik (Jumat) ini, di bulan yang baik (Ramadan) pula. Saya bersaksi, bahwa beliau adalah orang baik, dan insyaallah husnul khotimah.
Dan bagi kami para santrinya, meskipun jasad kiai (Yi Zyad) telah tiada, namun ajaran dan citamu akan selalu kami kenang dan kami perjuangkan. Ila hadroti syaikhina KH. Choirozyad, alfatihah. (Abdulloh Hamid, alumnus madrasah TBS Kudus dan dosen UIN Sunan Ampel Surabaya).