
JEPARA, Suaranahdliyin.com – Masyarakat Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara, setiap tahunnya melangsungkan tradisi baratan. Tradisi ini dilakukan setiap Syakban atau menjelang puasa Ramadan, sebagai ritual pembebasan atas dosa-dosa manusia.
Tradisi baratan berasal dari kata bara’ata yang dalam Bahasa Arab bermakna pembebasan atau peleburan dosa. Tradisi baratan identik dengan malam nisyfu sya’ban yang mempunyai nama lain lailatul bara’ah (malam pembebasan, red).
Tokoh masyarakat Desa Kriyan, Gus Muhammad, mengatakan tradisi baratan sudah berlangsung selama puluhan tahun. Bahkan, semasa ia kecil, masing-masing desa di Kecamatan Kalinyamatan sudah melangsungkan tradisi baratan meskipun belum terkoordinir.
“Sejak saya kecil itu sudah ada di Kriyan, Robayan, Purwogondo dan desa-desa lain. Dulu belum ada arak-arakan Ratu Kalinyamat, hanya membawa dilah impes lalu berkeliling desa saat malam Nisyfu Syakban,” katanya saat ditemui usai Festival Baratan Desa Kriyan, Ahad (12/03/2023) malam.
Lebih dari 80 tahun tradisi baratan Kalinyamatan berlangsung. Sesuai dengan maknanya, tradisi ini dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai “malam pembebasan” atas dosa-dosa manusia yang hendak bertaubat. Gus Mad menjelaskan maksud diadakannya kegiatan budaya ini ialah untuk membersihkan diri umat Islam sebelum memasuki Ramadan.
“Karena Baratan ini sebagai pembersihan dosa, harapannya setelah ini kita bisa menyambut dan menjalani puasa Ramadhan dengan ringan dan semangat, bersih dari dosa kemaksiatan dan sebagainya,” jelas pengasuh Pondok Pesantren Nailun Najah Kriyan itu.
Semenjak 2004 lalu, tradisi ini kemudian dikoordinasi dan digelar sebegai festival budaya dengan adanya arak-arakan sosok Ratu Kalinyamat. Gus Mad –sapaan akrab Gus Muhammad- menyebut, perpaduan antara unsur Islam dan budaya ini bisa menjadi kearifan lokal yang ikonik bagi warga Kecamatan Kalinyamatan.
Pada tahun ini, Festival Baratan Desa Kriyan mengusung tema “Tirta Kahuripan” yang bermakna air berkah (air kehidupan). Festival ini dimulai dengan tiga kali pembacaan Surat Yasin pada malam Nisfu Syakban, gebyar shalawat, khataman, pembacaan manakib hingga pelaksanaan kirab ratu kalinyamat sebegai puncak acara.
“Biasanya untuk puncak Baratan digelar setelah malam Nisfu Syakban, antara 3-7 hari. Jadi tidak pas malam 15. Supaya masyarakat bisa mengikuti keduanya, dan tidak lupa pada ritual malam Nisfu Syakban,” tuturnya. (hasyim/ ros, rid, adb)