KUDUS, Suaranahdliyin.com – Berkesempatan menjadi bagian dalam pelaksanaan buka luwur ini menjadi rasa syukur sendiri bagi para perewang. Pasalnya, tak semua orang berkesempatan menjadi perewang yang bisa ikut andil dalam kepanitiaan di Buka Luwur Sunan Kudus.
Hal itu yang dirasakan oleh Ahmad Faruq, pemuda asal Kauman kecamatan Kota, Kudus yang menjadi panitia Buka Luwur Sunan Kudus tahun ini. Ia mengaku sudah ketiga kalinya ikut rewang dalam pembuatan kain luwur Sunan Kudus.
Menurut Faruq, rewang dalam menjahit kain luwur adalah kesempatan yang luar biasa. Ia berharap hikmah dan berkah dari kegiatan ini.
“Rewang di sini adalah kesempatan besar, bisa nderek hikmah hurmat Sunan Kudus. Ada rasa syukur dan senang tersendiri,” ungkap Faruq di sela kesibukannya menata kain, Senin 24 Juli 2023.
Dalam kesempatan itu, ia mendapat bagian dalam membantu menjahit kain wiru. Faruq bercerita, dari kain utuh panjang, kain wiru kemudian dilipat dan digantung di kayu panjang.
“Ada empat bagian dalam pembuatan kain luwur ini. Kompol, wiru, untuk banyu dan melati. Saya dapat bagian di jahit kain wiru,” jelasnya.
Prosesi pembuatan Kain Luwur Sunan Kudus ini memang sudah menjadi tradisi secara turun-temurun. Pembuatannya dilakukan secara manual di Pendopo Tajug Menara, dari generasi tua dan muda kompak mempersiapkan kain untuk ganti luwur Sunan Kudus.
Sementara itu, Humas Panitia Buka Luwur Sunan Kudus, Muhammad Kharis menyampaikan, tahun ini pihaknya melibatkan 33 perewang dan 2 panitia untuk rewang membuat luwur. Penjahitan luwur ini dilakukan selama empat hari.
“Dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore, sejak Senin sampai Kamis besok,” kata Kharis.(sim/adb)
Beberapa anak muda ditarik menjadi perewang untuk melestarikan tradisi buka luwur ini. Pihaknya berharap rangkaian acara buka luwur Sunan Kudus tahun ini dapat berjalan lancar dan semua mendapat berkah dari Sang Sunan.