KUDUS, Suaranahdliyin.com – Belum genap satu bulan kepergian Habib Ja’far Al-Kaff, umat Islam Kudus kembali berduka atas kepulangan Habib Ali bin Muhammad Mulachela, Selasa (12/01/21).
Sebagai keturunan Rasulullah, Habib Ali dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan tawadlu’. Mulai dari kalangan aktivis, akademisi, masyarakat, baik santri maupun abangan, mengakui kesantunan Habib Ali.
Habib Ali juga dikenal sebagai pejuang aswaja di Kudus. Ia tercatat hampir tidak pernah absen dalam rutinan Aswaja Center Kudus. Ia selalu didapuk untuk memimpin pembacaan Rotib al-atthos sebelum dialog interaktif seputar aswaja dimulai. Selain itu, Habib Ali memiliki majelis rutinan pembacaan rotib al-atthos setiap selasa malam rabu.
Sekretaris Jendral Aswaja Center Ustaz Bahruddin mengenang Habib Ali sebagai sosok yang membaur dan ramah. Ia juga sangat menghormati orang yang berilmu, baik dari kalangan ahlu bait maupun tidak.
“Bahkan beliau tidak memandang apakah orang itu lebih muda darinya,” ujar Ustaz Bahruddin.
Terkait dengan sesama ahlu bait, Habib Ali mengerti dan paham betul jika ada seseorang yang mengaku sebagai ahlu bait. Habib Ali seperti memiliki ilmu khusus yang bisa mengetahui keaslian dari seorang habaib.
Salah satu sahabat dekatnya, Sugiono, menjelaskan Habib Ali bisa dikatakan sebagai salah satu ahlu bait yang sangat cinta dengan Nahdlatul Ulama (NU). Hal itu dibuktikan dengan banyak sikap dan kebijaksanaan Habib Ali yang mengikuti halauan ahlussunnah wal jama’ah an-Nahdliyah.
“Beliau kalau berhadapan dengan orang-orang NU sangat hormat, tawadlu’ dan bahkan tidak memperlihatkan status ahlu baitnya,” kata Sugiono.
Berdasar pada informasi yang beredar, Habib Ali meninggal dalam keadaan baik secara fisik maupun batin. Ia bahkan diketahui akan memimpin rutinan pembacaan rotib kubro di kediamannya sebelum ajal menjemput pukul 20.30 WIB. (rid, ros/adb)