KUDUS, Suaranahdliyin.com – Semasa hidup, sejak kecil, Abdurrahman Wahid yang kelak lebih dikenal dengan Gus Dur, adalah sosok santri yang sangat suka dengan tirakat (riyadloh).
Penuturan itu disampaikan oleh KH. Ahmad Badawi Basyir kepada Suaranahdliyin.com, baru-baru ini. ‘’Ibunya Gus Dur juga suka tirakat. (Saya pernah dengar cerita-Red) Ibunya Gus Dur (salah satu tirakat yang dijalaninya) adalah Dalailul Khoirot. Ben bengi wiridan,’’ katanya.
KH. Ahmad Badawi Basyir mengetahui hal itu, karena semasa hidup, baik sebelum maupun sesudah menjabat Presiden RI, Gus Dur pernah sowan kepada ayahanda Gus Badawi (sapaan akrab KH. Ahmad Badawi Basyir), yakni kiai kharimatik di Jekulo, KH. Ahmad Basyir.
Gus Dur sendiri, menurut candaan Gus Badawi, suka sowan kepada ayahandanya (KH. Ahmad Basyir), karena ayahandanya dipandang sebagai orang yang tidak punya kepentingan.
‘’Beliau menganggap Abah ‘wong kuburan’, makanya Gus Dur suka, karena tidak ada kepentingan dan damai,’’ tuturnya.
Mengenai keyakinannya bahwa Gus Dur merupakan sosok santri yang sejak kecil suka tirakat, ditunjukkan dengan kesukaannya belajar di Pondok Pesantren (Pontren) Salaf.
‘’Gus Dur sejak kecil di Ponpes salaf, dan pasti suka tirakat,’’ tegasnya.
Keyakinan itu, antara lain ditandai bahwa Gus Dur pernah nyantri di Tegalrejo di bawah asuhan Mbah Chudlori. ‘’Mbah Chudlori itu suka tirakat, ahli mujahadah. Ora ana wong mulyo tanpo tirakat. Nek pesene Abah, ‘yen enome seneng riyadhah (tirakat), Insya Allah tuwone bakal nemu derajat’,’’ katanya. (rosidi)