
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Darurat paham radikal dikalangan pelajar membuat OSIS MA NU Miftahul Falah Cendono membedah buku Aswaja dan Kebangsaan Perspektif Pelajar karya Tsania Laila Maghfirah di Aula 2 MA NU Miftahul Falah, Rabu (13/02/19).
Hadir dalam acara tersebut penulis buku Tsania Laila Maghfirah, Ketua ISNU Cabang Kudus Dr Kisbianto MPd, Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Dawe Saefuddin, Pengurus Lesbumi Pusat Muhammad Zaini MPd.
Menurut Tsania, pelajar adalah aset yang harus dilindungi dari ancaman ideologi yang bertentangan dengan keaswajaan dan kebangsaan. Doktrinasi aswaja melalui berbagai media dan budaya penting dilakukan untuk menjaga nalar kemanusiaan mereka agar selaras dengan nilai Islam Aswaja an-nahdliyah dan cinta tanah air.
“Di dunia nyata maupun maya kami melihat sudah banyak gerakan doktrinasi non-aswaja yang terselubung melalui budaya, gaya hidup dan bahasa,” kata alumni MA NU Miftahul Falah tahun 2018 ini.
Doktrinasi itu, lanjut Tsania, paling banyak ditularkan melalui gerakan yang berkutat pada persoalan remaja, percintaan, gaya hidup dan virus baper (bawa perasaan) yang membuat mereka tertarik mengikuti aktivitas yang disarankan oleh kelompok puritan.
Pelajar kita seolah-olah disibukkan dengan cinta, seminar pra-nikah dan sejenisnya sehingga lupa dengan fokus membangun kualitas diri, bangsa dan negara sebagaimana para kiai dan santri zaman dahulu.
“Kalau sudah begitu biasanya mereka menganggap persoalan lain yang di luar pemahaman mereka pasti salah, syirik dan mudah mengkafirkan,” ujarnya.
Membenarkan pernyataan Tsania, Muhammad Zaini bahkan pernah secara langsung bersinggungan dengan kenyataan demikian. Di beberapa kota besar, kata Zaini, gerakan semacam itu massif dilakukan. Doktrinasi itu dilakukan sejak dini kepada anak-anak di sekolah dasar bahkan TK maupun PAUD.
“Mereka itu mempunyai cara yang memanfaatkan ayat Al-Qur’an untuk mencuci otak sehingga ketika dibacakan ayat tersebut orang itu bisa patuh,” jelas Zaini.
Sebenarnya itu baik, tetapi sangat disayangkan karena diarahkan kepada hal-hal yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan secara universal dan kebangsaan sehingga muncul teror, persekusi dan tindakan intoleran yang mengatasnamakan jihad membela agama.
“Mereka bahkan punya jargon yang mendorong manusia supaya mau membela agama dengan apa saja yang ia punya. Bahkan ada tukang becak itu yang rela menjual becaknya karena dijanjikan surga. Dan uangnya itu akhirnya dimanfaatkan oleh kelompok radikal tersebut,” paparnya.
Sementara itu, Saefuddin mengatakan bahwa Aswaja dan kebangsaan harus berjalan beriringan karena keduanya merupakan pilar yang melatarbelakangi berdirinya Nahdlatul Ulama dan NKRI.
“Menjaga keduanya berarti meneruskan perjuangan Kiai Hasyim Asy’ari untuk menjaga negara dan umat ini dari ancaman perpecahan dan Wahabi,” tandas guru MA NU Miftahul Falah ini.
Ketua ISNU Cabang Kudus, Kisbianto mengapresiasi terbitnya buku ini sebagai langkah awal menumbuhkan literasi pelajar di Kabupaten Kudus dan Indonesia secara umum. Kendati demikian ia juga mengomentari beberapa hal terkait isi buku dan sumber referensi yang dicantumkan.
“Sumber referensi itu penting untuk menentukan kredibilitas dan validitas karya kita,” pesannya.
Acara tersebut dilaksanakan serangkaian dengan kegiatan Festival Pelajar IX yang diikuti oleh MTs/SMP dan perwakilan OSIS SMA/MA/SMK Se-Kabupaten Kudus.(rid/adb)