
JEPARA, Suaranahdliyin.com – Kemunculan tarian sufi di Jepara sudah ada sejak tahun 2010. Tarian asal Negara Turki ini dibawa oleh KH Amin Budi Harjono, pengasuh pesantren Al-Ishlah Tembalang, Semarang yang kemudian diajarkan kepada santri-santri di Jepara.
Tarian ini menginspirasi santri Pondok Pesantren Nailun Najah Kriyan Jepara untuk mengambil jalan tirakat lewat jalur kesenian. Tarian yang masyhur dengan Syaikh Jalaluddin Rumi ini sebetulnya adalah tarian tentang kematian.
Abdur Rohman, salah satu pengasuh Ponpes Nailun Najah mengatakan tari sufi diibaratkan sebagai simbol kematian manusia yang akan bertemu Tuhannya. Bagi seorang sufi, kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan sebagai bentuk kerinduan berjumpa kepada Sang Kekasih.
“Tari ini adalah simbol kematian, simbol perjumpaan seorang sufi kepada Sang Kekasih,” katanya ketika diwawancarai, Jumat (17/03/2023).
Kostum yang dikenakan para penari sufi, lanjut lelaki yang kerap disapa Gus Maman, menunjukkan simbol-simbol kematian. Peci yang dipakai melambangkan batu nisan, sedang jubah putih yang bisa melebar ketika menari melambangkan kain kafan.
Gus Maman melanjutkan, tarian sufi dikenalkan kepada para santrinya supaya generasi muda tertarik untuk bertirakat. Menurutnya, selama ini tirakat hanya dilakukan orang para orang tua atau yang sudah sepuh saja, sedangkan anak-anak jarang melakukannya.
“Kami ajak anak-anak untuk bertirakat lewat jalur kesenian ini, dengan tarian sufi,” ungkapnya.
Saat ini, sudah ada sekitar 40 santri yang berlatih dan belajar tari sufi. Para penari sufi ini kemudian menamai kelompoknya dengan sebutan Darwis Nusantara.
Sebelum menari, seorang penari sufi terlebih dulu diharuskan mengambil wudlu dan berwasilah minimal kepada Nabi Muhammad saw, Abu Bakar, dan Syaikh Jalaluddin Rumi. Setelah itu, pelan-pelan penari akan menunduk ke bawah sebentar kemudian mulai memutar dengan arah yang berlawanan jarum jam.
Pada posisi itu, penari sufi akan merapalkan doa dan memusatkan perhatian untuk berdizir kepada Allah Swt. Tangan kanan yang terbuka ke atas menandakan penerimaan rahmat dari Sang Pencipta. Sementara, tangan kiri ke bawah menandakan menebar rahmat yang diterima ke semua makhluk di bumi. (Sim/adb)