Politik, Dimensi Terpenting dalam Fiqih Peradaban

0
1150
Ketua Lakpesdam PBNU Gus Ulil Abshar Abdalla berbicara dalam halaqah fiqih Peradaban di Brebes

BREBES,Suaranahdliyin.com –  Dalam rangka menyongsong 1 abad NU, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kembali mengadakan Halaqoh Fiqih Peradaban. Kamis (8/12/2022) kemarin, Halaqah digelar di Pondok Pesantren Yanbu’ul Ulum Lumpur Losari Brebes dengan mengangkat Sub Tema “Rekontekstuali Fiqih Siyasi dalam Kehidupan Berbangsa dan bernegara”.

Pada kesempatann itu, Ketua Lakpesdam PBNU Gus Ulil Abshar Abdala mengatakan politik menjadi dimensi terpenting dalam fiqih peradaban. Pasca runtuhnya khilafah Turki Usmani, ummat Islam se-dunia mencari perlindungan kekuatan politik.

“Oleh karena itu, Imam Ghozali menyampaikan bahwa agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Keduanya saling membutuhkan.”ungkapnya.

Gus Ulil yang menjadi salah satu pembicara menegaskan sebagai dimensi terpenting dalam sebuah peradaban, politik kekuasaan dan keagamaan menjadi kekuatan dalam satu negara. Manakala keduanya tidak terjadi harmoninisasi maka Ulama dan kekuasaan akan berpisah.

“Seperti halnya pendiri Pondok Pesantren Buntet Mbah Muqoyim yang akhirnya memilih Buntet  sebagai persinggahannya. Sebab waktu itu, keraton Cirebon tidak sejalan pemikiran ulama yang berjuang melawan penjajah dan memilih bekerja sama dengan pihak kompeni,”tutur Pengasuh Ngaji Online kitab Hikam karya Imam Ghozali ini.

“Dimensi Politik menjadi penting karena menyangkut kedaulatan dan kekuasaan. Maka dulu Al Maghfurlah KH Hasyim Asy’ari begitu mendengar Indonesia akan merdeka, langsung mengutus putra terbaiknya KH Wachid Hasyim untuk mengikuti sidang BPUPKI.”sambung Gus Ulil.

Gus Ullil menjelaskan perihal makna Jihad sebagaimana termaktub dalam kitab Fathul Mu’in merupakan Fardu Kifayah dan dilaksanakan minimal satu kali setahun. Namun, kenapa Kyai dan Ulama Pesantren tidak melakukan jihad kecuali hanya sekali saat Resolusi Jihad 22 Oktober.

“Hal ini karena Kyai Pesantren dalam menerapkan dan memahami kitab lebih menekankan pada konteksnya, tidak terbatas pada teks. Sehingga disinilah kelebihan orang Pesantren dibanding mereka yang belajar di luar Pesantren.”tandas menantu KH. Mustofa Bisri (Gus Mus).

Disamping Gus Ulil, turut hadir menjadi nara sumber Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang KH. Abd Ghofur Maimun. Turut mengahdiri halaqoh Kapolres Brebes AKBP Faisal, Ketua Tanfidziah PCNU Brebes KH Sholahudin, Rois Syuriah PCNU KH Hudalloh Karim, Katib PCN Kyai Nur Iman, Kasi PD Pontren Kementerian Agama Brebes Dr H Akrom Jangka Daosat dan ratusan tamu undangan lainnya.(sururi/adb)

Comments