Pesantren Darul Falah Besongo Ingin Lahirkan Santri Milenial Peka Zaman 

0
2279
Suasana penyusunan kurikulum di komplek Dafa Besongo.

SEMARANG, Suaranahdliyin.com – Seiring perkembangan zaman, pondok pesantren (ponpes) dituntut selalu berinovasi. Bukan saja mengaji kitab kuning semata melainkan pada pengembangan kurikulum lainnya.

Hal ini mendorong Pondok pesantren Darul Falah Besongo Semarang untuk terus berinovasi dalam penyempurnaan kurikulum yang dilakukan secara terus menerus. Kali ini, pesantren di bawah pengasuh  KH Imam Taufiq mulai melakukan penambahan kualitas ngaji bahasa dan kepenulisan pada semester ini.

“Bahasa menjadi kunci penting untuk membuka pengetahuan. Itu wajib,” papar KH. Imam Taufiq, Jum’at (14/9/2018).

Kiai yang biasa disapa abah Imam ini menyatakan bahasa Arab dan Inggris biasanya menjadi syarat mutlak dalam melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Karenanya, ia menginginkan santrinya mempunyai niatan melanjutkan studi, tidak hanya berhenti di UIN Walisongo.

“Lulus tepat waktu menjadi kunci awal untuk mulai menata linimasa kehidupan selanjutnya. Prinsipnya, jadilah yang “anfauhum linnas” dan mampu menjadi pelopor damai di masyarakat.”tandasnya.

Disamping itu, lanjut abah Imam, pesantrennya melakukan pendampingan untuk tugas akhir / skripsi yang sudah berjalan baik 3 tahun terakhir dan terbukti efektif membantu kelulusan. Ia mengatakan nilai tambah inilah yang kadang tak didapat mahasiswa di luar pesantren.

“Selain menguatkan keislaman juga mempercepat kelulusan mahasiswa. Ditambah banyak materi ngaji lain yang mendukung santri untuk mengembangkan diri.”ujarnya.

Santri Darul Falah Besongo rata-rata telah memiliki bekal berupa hafal juz ketiga puluh, surat Yasin , al-Waqiah,  al-Mulk (Tabarak), al-Dukhan, Luqman, al-Rahman dan al-Fath. Bagi santri yang telah memiliki halafan, pesantren Besongo juga memberikan bimbingan dan pendampingan bersama ustadz-ustadzah yang bisa diajak untuk muraja’ah (sema’an) bersama.

“Walaupun tak mewajibkan santrinya untuk hafal 30 juz kecakapan ini menjadi sangu hidup santri milenial yang tetap memegang teguh agama,”kata Abah Imam. [zul/adb)

Comments