Menggali Makna di Balik Tradisi Sedekah Bumi

0
878

Oleh: Rahayu Adi Suryanto

Masyarakat Indonesia memili ragam tradisi yang berkembang sejak lama, dan kelestariannya masih terjaga baik hingga sekarang. Hal itu masih bisa dilihat dengan mudah di banyak daerah di berbagai belahan Bumi Nusantara.

Salah satu yang dikenal, yaitu Sedekah Bumi. Ini adalah tradisi yang hampir ada di semua desa di tanah air, khususnya di Jawa. Di kampung penulis, misalnya, di Desa Bandungrejo, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, tradisi ini rutin digelar setiap Apit (dalam penanggalan Jawa).

Dalam tradisi Sedekah Bumi yang dalam bahasa masyarakat lain dikenal pula dengan “Tradisi Apitan”, ini ada ritual – ritual yang dilakukan, yang semuanya memiliki makna yang sangat filosofis.

Di antara yang lazim ada dalam tradisi sedekah bumi, adalah selametan (brokohan) lengkap dengan nasi berkat dan penganan tradisional atau jajan pasar sebagai suguhan. Bahkan, terkadang ada pagelaran wayang kulit juga.

Dari sedikit hal yang penulis kemukakan itu saja, banyak makna yang terkandung. Selametan (brokohan), misalnya. Selametan yang dihadiri oleh masyarakat desa setempat, terkandung makna terjaganya jalinan silaturahim antarsesama warga.

Silaturahmi ini, dalam Islam, menjadi hal yang sangat penting. Yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam untuk menjaganya. Dan memutus silaturahmi, adalah tindakan yang tidak terpuji sehingga harus dihindari.

Makna lain yang terkandung dalam selametan, yaitu adanya muata sedekah dari warga. Sedekah (Bahasa Arab: Shadaqah), adalah salah satu ajaran Islam. Dalam Islam disebutkan, Al-shadaqatu tadfa’u al-balaa’. Bahwa sedekah itu bisa menjadi penolak bala (marabahaya).

Dalam sedekah juga terkandung muatan dukungan terhadap ekonomi rakyat. Untuk menyiapkan apa yang mau dibuat sedekahan, maka dibeli dari pedagang. Pedagang itu berasal dari masyarakat. Sehingga dengan demikian, ada perputaran ekonomi juga dalam sedekah.

Saat selametan, terkadang pula masih ada nasi berkat, yang dalam bahasa lain disebut pula dengan nasi barakah. Nasi berkat ini dibagikan setelah sebelumnya dilakukan doa bersama. Dengan mengonsumsi nasi berkat itu, maka harapan yang muncul adalah mendapat keberkahan dari rizki yang dikonsumsi dan rizki yang akan didapatnya.

Lalu, apa makna di balik gelaran wayang saat tradisi Sedekah Bumi?

Secara gampang, ini bisa dipahami sebagai upaya menjaga pelestarian budaya yang dimiliki oleh bangsa ini. Dan lebih dari itu, wayang sendiri memiliki nilai – nilai luhur dalam cerita – cerita (lakon) yang ada, yang bisa menjadi pelajaran hidup bagi manusia, baik dalam berinteraksi dengan Tuhan (Allah), dengan sesama manusia, dan juga terhadap lingkungan sekitar.

Ya, banyak sekali nilai – nilai yang terkandung di dalam tradisi Sedekah Bumi. Tulisan ini, hanyalah sebagian kecil analisis penulis, terhadap tradisi tersebut di desa penulis tinggal. Dan tentunya, lebih banyak lagi nilai – nilai positif (luhur) yang bisa didapat, dengan mengkajinya lebih lanjut secara mendalam. Wallahu a’lam. (*)

Rahayu Adi Suryanto,

Penulis adalah ketua Dewan Mahasantri (Dema) Ma’had Aly Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus dan penerima Beasiswa Cendekia BAZNAS RI.

Comments