- Meneladani Habib Hilmi bin Hasan Al-Aydrus
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Kepergian Habib Hilmi bin Hasan Al-Aydrus menghadap Allah SWT., tentu membawa duka bagi banyak kalangan, khususnya umat Islam di Kabupaten Kudus, dan terkhusus lagi kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Habib Hilmi bin Hasan Al-Aydrus memang sangat dekat dengan warga NU, terlebih para kader muda. Beliau seringkali diundang dalam berbagai acara yang digelar oleh NU dan Badan Otonom (Banom) NU.
Di luar suasana duka itu, ada nilai-nilai atau keteladanan yang senantiasa bisa dikenang oleh umat, terkait sosok Habib Hilmi bin Hasan Al-Aydrus yang dalam setiap kesempatan, nampak selalu ceria dan murah senyum itu.
Dalam pandangan Dr. Kisbiyanto M.Pd., ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kudus, keteladanan Habib Hilmi antara lain ikhlas khidmah kepada umat tanpa membedakan apakah itu dari kalangan rakyat biasa maupun tokoh terpandang. Semua diayomi dengan tulus ikhlas.
‘’Beliau juga sangat santun dan takzim kepada guru dan orang-orang alim. Ini adalah teladan bagi kita semua, betapa seorang habib yang memiliki garis keturunan hingga Rasulullah, sangat mencintai ilmu agama, menghormati sesama dan selalu takzim dama guru dan orang alim,’’ katanya.
Kisbiyanto menambahkan, bahwa Habib Hilmi adalah seorang nasionalis. ‘’Beliau keturunan Rasulullah yang sangat mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Syair-syair lagu religi dan shalawat yang sering dilantunkan, bukan hanya pada Baginda Rasul, juga kecintaannya kepada tanah air. Kader-kader muda GP. Ansor, Fatayat, IPNU, IPPNU dan lain diajaknya untuk rajin beribadah dan teguh menjaga NKRI,’’ paparnya.
Teladan lain, lanjut Kisbiyanto, yaitu betapa besar kecintaan beliau kepada Rasullulah dan umat Islam. Dia menceritakan, suatu saat, saya dan teman-teman komunitas Bahasa Arab menyelenggarakan seminar internasional dengan narasumber dari Yaman.
‘’Tiba-tiba setelah seminar, Habib Hilmi, habib serta santri-santri datang menjemput narasumber dari Yaman itu, yang ternyata adalah guru sekaligus orang yang mengarahkan bagaimana sebaiknya jamiyah Habib Hilmi,’’ kisahnya.
Bagi Habib Hilmi, mahabbaturrasul (cinta pada Rasullah) itu sudah membudaya, tidak hanya di Kudus saja, juga sampai ke Jepara, Pati, Rembang, Demak, Purwodadi dan lainnya. ‘’Mahabbaturrasul oleh Habib Hilmi dijadikan sebagai sarana dakwah Islam moderat, merangkul siapa saja dengan pendekatan yang merakyat, dari desa ke desa, dari satu daerah ke daerah lain,’’ tuturnya.
Teladan lain, kata Kisbiyanto, Habib Hilmi telah menjadi inspirator bagi kaum muslimin, terutama anak-anak muda di sekitar Muria ini. ‘’Melalui shalawat dan lagu-lagu religi, diajaknya umat untuk taat kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, dan juga cinta tanah air,’’ jelasnya. (ros)