
BOYOLALI, Suaranahdliyin.com – Jika ingin negara tenteram gemah ripah loh jinawe, di antaranya warganya harus giat mencari ilmu dan menghargai sesepuh, pahlawan, dan orang tua.
Demikian disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Muhammad Muzamil, dalam pengajian akbar bertajuk Bersih Desa dan Haul Masyayikh Guwo di kompleks Masjid Jami’ Baitul Muttaqin, Guwo, Wonosegoro, Boyolali Jumat (17/6/2022) malam.
Dia mengutarakan, Imam Syafi’i (salah satu imam madzhab) bisa menjadi ulama besar, adalah berkat ketaatannya kepada orang tua dan kesungguhannya belajar sejak kecil. “Ketaatan kepada orang tua dan mendoakannya adalah pokok,” tuturnya.
Kiai Muzamil mengapresiasi kegiatan selametan, bersih desa, dan haul ini. Karena dapat diisi dzikir dan mendoakan leluhur. “Acara ini agar kita bisa mengenang sesepuh-pinisipuh di Wonosegoro, Boyolali, dan Indonesia, sebagai bentuk bakti kepada orang tua, birrul walidain,” ujarnya.
Dia pun berharap agar kita menjadi orang yang berilmu, belajar ilmu, mendengarkan ilmu, senang ilmu, dan jangan menjadi orang kelima: tidak menjadi keempat tersebut.
“Semoga Negara kita aman tenteram, dikumpulkan (kita) bersama para alim, habaib, diakui Nabi menjadi umatnya, serta mendapat syafaat,” harapnya.
Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Boyolali, KH Iqbal Mulyanto, mengapresiasi terselenggaranya acara ini. “Tradisi yang tidak bertentangan dengan syariat, harus terus diselenggarakan,” katanya.

Ia juga mengingatkan bagi 223 dari 267 ranting yang sudah memiliki Surat Keputusan (SK) di Boyolali, untuk memaksimalkan dan mengembangkan diri di masing-masing desa. Termasuk menggerakkan kotak koin.
“Ini tidak sekadar (soal) pengumpulan koin (semata), namun juga sebagai konsolidasi internal NU,” ujarnya dalam pengajian yang juga menghadirkan Habib Muhammad Zaidan bin Haidar bin Yahya beserta hadrah Sekar Langit ini, serta dihadiri aparatur pemerintah Desa Guwo, Forkopimcam, MWCNU Wonosegoro, PCNU Boyolali, dan ribuan jemaah. (siswanto ar/ ros, adb, rid)