
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Komunitas Kampung Budaya Piji Wetan Kudus mengadakan screening film berjudul “Depok, Gubuk Persinggahan Sunan Muria”. Dokumenter garapan KBPW cinema itu dibedah dan didiskusikan dalam agenda rutin bulanan di Sekretariat Tapangeli Kudus, Sabtu malam (12/11).
Bersama tiga narasumber inti, Filmaker Kudus Warih Bayu, Pimpinan Redaksi Suara Nahdliyin Rosidi dan tokoh adat setempat Mbah Marko, diskusi berlangsung menarik dengan pembahasan yang cukup panjang, dari kemunculan folklor dan mitos di muria, pentingnya dokumentasi folklor hingga perkembangan perfilman di Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Warih Bayu menyampaikan bahwa penggarapan folkor ke dalam sebuah dokumenter menjadi hal yang sangat menarik untuk disampaikan kepada publik. Menurutnya memang harus ada pihak atau komunitas yang mengawali inisiasi pengangkatan budaya menjadi karya baik dalam bentuk media tulis maupun film dokumenter.
“Ini sangat luar biasa, nguri-nguri budaya dengan membuat folklor menjadi dokumenter. Karena itu, pesan dan nilai-nilai tentang folklor harus tersampaikan dengan baik, ini yang menjadi titik poin dalam film dokumenter,” papar Warih.
Oleh karena itu, dirinya menekankan tentang pentingnya riset literatur yang mendalam sebelum penggarapan film dokumenter. Hasil riset yang sudah disampaikan ke publik, kata dia, harus bisa mencerahkan dan menemukan satu titik kebenaran.
“Dokumenter itu menarik jika ada konflik yang kemudian dibenturkan pada penyesalan,” tambahnya.
Senada dengan Warih, Pimpinan Redaksi Suara Nahdliyin Kudus, Rosidi mengatakan masih banyak folklor Sunan Muria yang perlu digali dan disampaikan kepada masyarakat luas. Penggarapan folklor, diharapkan dapat meluas baik folklor Sunan Muria yang berbentuk benda peninggalan/petilasan maupun folklor lisan.
“Ada banyak nilai yang disampaikan lewat folklor, nilai-nilai pendidikan, kearifan ekologis, ini yang menjadi catatan bersama. Folklor Sunan Muria bisa digarap dari berbagai sisi, seni, sufisme, pluralisme, dan sebagainya,” ungkap pria yang akrab disapa Kang Eros itu.
Selanjutnya, tokoh adat Piji Wetan, Sumarko menerangkan bahwa Depok merupakan tempat persinggahan Sunan Muria ketika sedang berdakwah di daerah Piji Wetan. Di Depok tersebut, masyarakat setempat konon menerima banyak pelajaran hidup dan pendidikan islam yang diajarkan Sunan Muria.
“Padepokan ini menjadi sarana prasarana Sunan Muria sampai penerusnya untuk berdakwah di sini, tentang segala hal, pendidikan, pertanian, peternakan, bela diri, tumah tangga, kesehatan dan sebagainya,” jelas Mbah Marko. (SIM/adb)