Subhan ZE (1931-1973), adalah tokoh nasional Nahdlatul Ulama (NU) kelahiran Malang, Jawa Timur yang besar di Kabupaten Kudus.
Sejak kecil ia menjadi anak angkat pamannya, H Zaenuri Ehsan, seorang pengusaha rokok di Kudus. Kelak, Subhan pun menambahkan dua huruf (ZE) di belakang namanya, sebagai penghormatan kepada ayah angkatnya.
Sosok H Subhan ZE ini menjadi idola bagi kalangan muda pada masanya, karena kecerdasan dan keberaniannya melawan tirani orde baru.
Di jajaran PBNU, ia pernah duduk sebagai ketua IV di masa KH Idham Cholid sebagai ketua Tanfidhiyyah.
Sebagai tokoh nasional NU asal Kudus, masyarakat ternyata kurang begitu mengenal nama H Subhan ZE. Namanya hanya diketahui dan dikenal sebatas sebagai nama jalan kabupaten. Tepatnya jalan yang membujur dari perempatan Jember ke arah selatan sampai pertigaan Purwosari.
Kritik tajam kepada pemerintah yang dilontarkannya dan popularitasnya yang terus meningkat, dinilai sebagai ancaman bagi rezim Soeharto, masa itu.
Perilaku koruptif rezim, jelas dia benci. Kebencian itulah yang membuat dia mati muda di usia 42 tahun. Kematiannya yang tiba-tiba, mengejutkan banyak orang, terutama kalangan kaum muda yang setia mengidolakannya.
Kejadian tersebut terjadi setahun setelah pemecatan Subhan ZE dari NU. Hingga kini kematiannya masih misteri. Karena saat itu Subhan berencana melakukan pertikaian politik terhadap rezim Soeharto, setelah pulang dari Mekah.
Beberapa sumber mengatakan, kematiannya tak luput dari campur tangan CIA yang berada dibalik suksesi Orde Baru.
Kala itu, H Subhan ZE “mungkin” satu-satunya tokoh nasional muda NU yang bukan produk pesantren. Tetapi ia tumbuh dan besar di kota santri yang mayoritasnya puritan. Ia memiliki visi ekonomi yang sangat tinggi, melebihi kapasitas teman sebayanya.
Pada usia 15 tahun, Subhan sudah rutin bepergian ke Singapura berjualan ban mobil dan truk, cengkeh dan cerutu.
Pada saat Belanda memasuki Solo ia mengkordinir adik- adiknya untuk berjualan cerutu, roti dan permen kepada prajurit Belanda. Setelah dewasa ia menetap di Semarang untuk mendirikan perusahaan ekspor dan impor.
Di usia yang kian matang, Subhan pindah ke ibukota Jakarta dan memiliki 28 perusahaan. Jaringan bisnisnya bahkan merambah hingga ke Timur Tengah.
Dia menjadi pionir bisnis perjalanan haji dengan pesawat terbang melalui biro perjalanan Al-Ikhlas. Pada tahun sebelumnya, jamaah haji Indonesia berangkat dengan kapal laut. (Kiai M Aslim Akmal)