
JEPARA, Suaranahdliyin.com – Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara, sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia, mengalami banyak perkembangan yang luas biasa, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Beberapa penandanya, antara lain diraihnya Akreditasi B dalam Akreditasi Perguruan Tinggi (APT), berada di peringkat ke-178 nasional perguruan tinggi Indonesia pada 2019, dan dari 142 dosen tetap sudah 12 yang bergelar doktor dan 39 kandidat doktor.
Selain itu, UNISNU Jepara juga memiliki sebanyak 57 hak cipta, tercatat ada 9.926 mahasiswa di 19 program studi dengan ratusan prestasi mahasiswa baik di tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional.
Di luar itu, banyak mahasiswa luar negeri yang menempuh studi di UNISNU Jepara seperti Mesir, Thailand, dan Sudan. Banyak pula mahasiswa luar negeri antara lain dari Brunei Darussalam, China, dan Malaysia yang mengikuti kunjungan dan kursus singkat di UNISNU Jepara.
Dan sejak 2017 lalu, mahasiswa UNISNU Jepara juga banyak yang diterima dalam program pertukaran mahasiswa internasional di beberapa perguruan tinggi ternama di Brunai Darussalam dan Thailand.
Kilas Sejarah
Pada awal 1988, sebanyak 12 aktivis pendidikan NU, yang dimotori KH. Mahfudz Asmawi (Ketua LP. Ma’arif Jepara waktu itu), menggagas berdirinya perguruan tinggi di Jepara. Silaturahim untuk konsultasi dan musyawarah dilakukan berkali-kali. Audiensi dilakukan dengan sesepuh dan pejabat KH. MA. Sahal Mahfudz, KH. Mc. Amin Sholeh, Hishom Prasetyo SH. (Bupati Jepara) dan Prof. Drs. Ahmad Loedjito (Rektor IAIN Walisongo Semarang).
Semula digagas IKIP untuk memberdayakan pendidikan umum, untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Namun karena kebijakan pemerintah belum memungkinkan, dialihkanlah ke Institut Islam. Maka, dibentuklah panitia pendiri oleh PC. LP. Ma’arif dengan Drs. Sa’dullah Assaidi (ketua).
Banyak saran masuk tentang nama: Ma’arif, Sultan Hadlirin dan NU. Walaupun banyak yang berpendapat bahwa NU waktu itu belum mencitrakan sosok dan tampilan yang menarik simpati umum, namun para sesepuh sepakat menamakan dengan Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara. Ini untuk “mengibarkan” panji NU secara formatif dan untuk menjawab tantangan besar dalam fastabiqul khairat.
Untuk persiapan pengelolaan, pada 17 Maret 1989, dibentuklah Yayasan INISNU dengan Akte Notaris Benyamin Kusuma SH. Kudus Nomor 50. Sebagai Ketua adalah H. M. Dahlan Kosim SH dan Ali Irfan Mukhtar BA sebagai sekretaris. Walaupun sebagai wakil ketua, tetapi semua mengaku KH. Mahfudz Asymawi sebagai aktivis beratnya.
Berkat doa restu sesepuh, partisipasi dan bantuan masyarakat, INISNU menerima mahasiswa atas perkenan Kopertis XI pada tahun akademik 1989/1990. Untuk sementara, pinjam tempat MA Darul Ulum Purwogondo. KH. MA. Sahal Mahfudz berkenan menjabat Rektor dibantu Drs. H. Mustofa Shonhadji MA. (Purek I), Drs. H. M. Djamilun (Purek II), dan Drs. A. Sya’roni TS (Purek III). Sedang Kepala BUAK dipercayakan kepada I’tisom Sulhan BA.
Keresmian INISNU berlanjut ketika Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Memberikan izin operasional tiga Fakultas; Syari’ah, Tarbiyah dan Dakwah, dan memperoleh pengesahan dari Menteri Agama RI dengan SK No. 176 tahun 1991 tentang Pemberian Status Terdaftar Program Sarjana (S1) kepada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Syari’ah Jurusan Peradilan Agama dan Fakultas Dakwah Jurusan Penerangan dan Penyiaran Agama tertanggal 7 Agustus 1991.
Membangun Kampus

Pada 1990, H. M. Dimyathi mewakafkan tanahnya seluas 7.000 m2 untuk Yayasan INISNU. Kemudian memperoleh fasilitas tukar guling tanah bengkok perangkat Desa Tahunan seluas 7.500 m2 dan wakaf dari H. Muhammad S.J. untuk Masjid Kampus. Untuk masuk dari jalan raya dan perluasan, dilakukan pembelian tanah seluas 5.700 m2, sehingga jumlah keseluruhan lebih dari 2 hektare.
Pembangunan kampus dimulai sejak 1991. Peletakan batu pertama oleh KH. Abdullah Salam (Kajen), disaksikan Rektor, Bupati Hishom Prasetyo dan Muspida serta para sesepuh. Dukungan dan partisipasi masyarakat sungguh sangat luar biasa. Gedung yang direncanakan berlantai empat, dalam waktu 3 bulan telah terbangun dua lantai berisi sembilan lokal besar dengan segala perangkat penunjangnya.
Di samping penggerak utama (KH. Mahfudz Asymawi), tokoh-tokoh lain yang patut dikenang adalah H. Muhammady Kosim B.Sc., H. M. Dahlan Kosim SH., H. Muhammad SJ., H. Amin Muhtadi, H. M. Salim, H. M. Kosim, H. Chumaidi Noor, KH. Masyhudi Nadzif, H. Dimyati, H. Zubaidi, H. Muhtarom dan lain-lain.
Peresmian gedung baru, sekaligus menandai pindahnya kegiatan INISNU dari Purwogondo dilakukan pada 1991, dengan menggelar syukuran bersama, sementara pembangunan lanjut tetap berlangsung.
Pada giliran selanjutnya, INISNU semakin berkibar, hingga pada 1996, digelar wisuda pertama. Namun, pengurus Yayasan INISNU tak pernah puas dengan capaian itu. Sehingga digagas lagi pengembangan amal usaha dengan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama (STIENU) Jepara.
Yayasan INISNU pun diubah menjadi Yayasan Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (YAPTINU) Jepara melalui Akta Notaris Benyamin Kusuma SH. No. 5 tanggal 5 November 1996, dengan kepengurusan yang sama.
Ada dua tugas YAPTINU. Pertama, memroses perizinan. Kedua, membangun kampus baru untuk STIENU Jepara. Keduanya berhasil. Izin operasional STIENU turun dengan SK Mendikbud RI No. 68/0/0/1997, tanggal 8 Oktober 1997 untuk Program Studi Manajemen dan Akuntansi. Sedangkan gedung yang direncanakan berlantai tiga sudah terbangun lantai satunya.
Selanjutnya, pada 1998, YAPTINU menerima hibah Akademik Teknologi Industri Kayu (ATIKA) dari Yayasan Kota Ukir Jepara, berikut dengan segala perangkatnya selain gedung. Hibah tersebut dituangkan pada Akte Notaris Kristianti, SH. No. 12 tanggal 7 Juni 1998.
Berikutnya, saat Menteri Perdagangan dan Perindustrian RI Rini Suwandi berkunjung ke Jepara (2003), menyiratkan keinginan agar ada lembaga pendidikan tinggi di Jawa Tengah yang menggeluti teknologi dan desain produk, untuk memacu perkembangan insdustri dan kewirausahaan.
Gayung bersambut. Bupati Jepara waktu itu yang juga Pembina YAPTINU, Drs. Hendro Martojo MM., bermaksud merealisasikannya di Jepara. Terlebih ketua umum YAPTINU waktu itu dijabat H. Ali Irfan Mukhtar BA., yang juga menjadi Wakil Bupati.
Proposal disusun. Upaya perubahan bentuk dari ATIKANU menjadi Sekolah Tinggi Teknologi dan Desain Nahdlatul Ulama (STTDNU) Jepara berhasil dengan izin operasional SK Mendikbud RI No. 193/0/07/2004, tanggal 30 Desember 2004 dengan dua program studi, yaitu Desain Produk dan Teknik Industri.
Kendati INISNU, STIENU dan STTDNU pada akhir 2012 sudah mendekati kemapanan, akan tetapi pengurus YAPTINU Jepara kembali berikhtiar membuka program magister. Niat itu terwujud dengan keluarnya SK Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI No. 2744 Tahun 2012 tentang Izin Penyelenggaraan Program Magister pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta tanggal 14 Desember 2012 untuk program studi Manajemen Pendidikan Islam.
Perubahan selanjutnya adalah penggabungan INISNU, STIENU, dan STTDNU menjadi Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara (UNISNU Jepara), yang terwujud pada 26 April 2013 melalui Keputusan Mendikbud Nomor 149/E/O/2013 tentang Penggabungan INISNU, STIENU, dan STTDNU yang Diselenggarakan oleh YAPTINU Jepara. Dalam Keputusan Menteri itu, UNISNU Jepara diberi izin menyelenggarakan 15 program studi.
Ke-15 program studi antara lain Pendidikan Agama Islam (S1), Komunikasi dan Penyiaran Islam (S1), Teknik Industri (S1), Desain Produk (S1), Manajemen (S1), Akuntansi (S1), Teknik Elektro (S1), Teknik Sipil (S1), Sistem Informasi (S1), dan Pendidikan Bahasa Inggris (S1).
Perjalanan di tahun-tahun berikutnya, UNISNU pun semakin dikenal publik dan sejajar dengan perguruan tinggi – perguruan tinggi bergengsi yang ada di tanah air. Tak hanya mahasiswanya yang semakin banyak, program studi yang dibuka pun semakin bertambah, termasuk dalam program Magister. (ded/ ros, adb)