Jurnalistik Sejalan Visi Misi Madrasah

0
1455
Pembukaan Workshop Jurnalistik

SEMARANG,Suaranahdliyin.com – MTs Al-Wathoniyyah Bugen, Telogosari Wetan, Pedurungan, Semarang menggelar Journalism Workshop On School bertema “Goreskan Pena, Tambahkan Kreativitasmu” berlangsung di aula madrasah, Sabtu (26/1) kemarin.

Kegiatan yang diinisiasi tim Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang itu diikuti 150 peserta.

Selain 150 santri yang merupakan perwakilan 15 kelas juga dihadiri Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), dewan guru dan karyawan. Hadir sebagai narasumber Syaiful Mustaqim, Kontributor NU Online.

Buka Juga ; Tangkal Hoaks, Madrasah Perlu Kenalkan Jurnalistik Sejak Dini

Kepala madrasah, M. Aufa mengatakan bahwa kegiatan jurnalistik itu sangat penting sehingga dulu sudah ada sebelum masehi.

“Jurnalistik zaman dulu awalnya berbentuk majalah dinding yang ada di tahun 44 sebelum masehi. Isinya pengumuman proses hukum yang terjadi di masa kerajaan Romawi,” kata Aufa.

Siswa-siswi antusiaa mwngikuti workshop jurnalistik up

Di masa itu, terang keponakan KH Haris Sadaqah disebut dengan istilah georganilis.

Di masa sekarang ini lanjutnya juga kegiatan jurnalistik juga masih penting. Apalagi program itu sejalan dengan visi-misi madrasah.

Madrasah yang menyatu dengan kompleks Pesantren Al-Itqon itu visi besarnya membentuk generasi khaira ummah (umat terbaik).

Pihaknya melanjutkan sebagai khoira ummah harus menjalankan 4 prinsip. “Saya menyingkatnya T, T, I, T,” jelas kiai muda yang mukim di Genuk Semarang ini.

Prinsip pertama, tawasuth, moderat. Diartikannya di beraliran kanan paling benar sendiri. Dan tidak juga beraliran kiri.

Kedua, prinsip tawazun, harmoni. “Seimbang antara dunia dan akhirat,” papar alumnus UIN Walisongo ini.

Baca Juga : Santri Harus Cerdas dan Mandiri

Adapun prinsip ketiga disebutkannya harus i’tidal, lurus. “Jadi santri harus punya filter. Sehingga harus mampu menyaring mana yang baik dan buruk.”

Terakhir, tasamuh, toleransi. Indonesia terdiri dari beragam suku dan harus hidup berdampingan. Dalam lingkup madrasah papar Aufa antara kesiswaan dan siswa harus menunjukkan sikap toleran meski berbeda pandangan maupun urusan.

Kepada ratusan muridnya pihaknya mengingatkan dengan mengutip salah satu isi kode jurnalistik, bahwa jurnalis tidak boleh membuat berita bohong, sadis, dan cabul.

“Untuk itu setelah mengikuti pelatihan ini kalian harus mampu membuat tulisan yang baik dan benar,” pungkasnya.

Hal lain diungkapkan DPL Unwahas, Ghufron Hamzah. Menurut Ghufron sebagaimana mengutip Imam Syafii, ilmu itu seperti hewan buruan. “Karenanya kita mesti mengikatnya dengan tulisan,” tandasnya.(ros/adb)

Comments