JEPARA, Suaranahdliyin.com – Aswaja NU Center Jepara menggelar Semiloka Buku Aswaja bertajuk “Penguatan Ideologi Aswaja untuk Guru ke-NU-an” yang berlangsung di Balai Diklat KKMA 02 Jepara, Sabtu (10/6/2023) pekan lalu.
Semiloka diikuti 30 peserta yang merupakan delegasi guru ke-NU-an di bawah KKMA 02. Hadir sebagai narasumber akademisi Unisnu Jepara, H. Zubaidi Masyhud, dan Wakil Ketua PCNU Jepara, M. Syariful Wa’i. Hadir juga Ketua PCNU Jepara KH Charis Rohman, Dewan Pakar Aswaja NU Center Jepara K. M. Roshif Arwani, beserta jajaran pengurus.
Ketua Aswaja NU Center Jepara, H. Sholahuddin mengatakan pihaknya mendapat amanah dari PCNU Jepara untuk melaksanakan penguatan ideologi Aswaja An Nahdliyah.
“Alhamdulillah semiloka ini bisa terlaksana. Semoga semiloka dengan target blue print (cetak biru) buku ke-NU-an bisa terwujud. Buku ke-NU-an untuk peserta didik sudah ada tetapi lewat semiloka kita bisa mempertegas, merefleksikan, dan mengevalusi konten sehingga buku bisa tepat sasaran,” katanya.
Ketua PCNU Jepara, KH Charis Rohman, mengutarakan, guru ke-NU-an mempunyai tugas untuk tarsihul aqaid (penguatan akidah), karena dalam perjalanan hidup manusia ideologi menempati urutan pertama atau yang kerap disebut aqobatul ilmi.
“Di zaman sekarang kita sudah masif untuk mengajak anak kita melanggengkan doa qunut, shalat tarawih justru kelak ia malah ikut khilafah. Penguatan akidah untuk menanamkan kebenaran, perlu tahapan yang tepat,” tegasnya.
Akademisi Unisnu, H. Zubaidi Masyhud dalam paparannya menyampaikan bahwa strategi pembelajaran salah satunya bisa dilakukan dengan sikap tasamuh. Di samping itu, sebagai guru lanjut Zubaidi perlu memiliki banyak referensi tujuannya untuk memperkaya khazanah.
Wakil Ketua PCNU Jepara, M. Syariful Wa’i menyatakan peserta didik sebagai unsur penting pembelajaran memiliki karakteristik berbeda dengan siswa tempo dulu. “Tantangan guru di era teknologi, peserta didik bebas berselancar di rimba digital. Mereka bisa membuka apa saja, baik buruk bisa ditemukan di internet,” ungkapnya.
Selain itu, pertarungan ideologi juga menjadi tantangan yang tidak bisa dibendung. “Tantangan internal dan eksternal itu mesti kita hadapi, dalam rangka menyelamatkan akidah anak-anak kita,” ujarnya. (sm/ adb, ros, rid)