KUDUS, Suaranahdliyin.com – Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Dawe menyelenggarakan Diklat Peningkatan Kader Pelajar (Diklatinpel), beberapa waktu lalu.
Diklatinpel yang dilangsungkan di MI NU Miftahul Falah Cendoni selama tiga hari dua makam itu, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dalam menangani berbagai isu dan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda saat ini.
Diikuti sebanyak 22 peserta dari kader yag ada di wilayah Kecamatan Dawe, Diklatinpel merupakan proses pendidikan untuk pelatih kader, agar menjadi instruktur yang profesional, sehingga bisa mengawal pelaksanaan pengkaderan melalui Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) di waktu mendatang.
“Di era yang dinamis seperti sekarang, kita harus optimalkan instruktur pelatihan di tubuh IPNU-IPPNU. Melalui Diklatinpel ini, kami ingin memastikan bahwa para instruktur pelatihan memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran dan nilai-nilai Islam ala ahlussunnah wa al-jamaah, serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” terang Tri Santoso, ketua panitia Diklatinpel.
Tri Santoso mengatakan, setidaknya ada 14 materi yang disampaikan dalam kesempatan itu. Di antaranya penguatan ideologi dan ajaran Aswaja, ke-NU-an, ke-Indonesia-an, sistem kaderisasi IPNU-IPPNU, metode dan media pendidikan kader.
“Selain itu, disampaikan pula materi tentang manajemen desain pelatihan, teknologi pelatihan, public speaking, metode dan evaluasi pelatihan, metode muhasabah, serta praktik melatih,” jelas Tri Santoso menambahkan.
Wakil ketua bidang kaderisasi IPPNU Dawe, Akne Nabila Novita, berharap usai mengikuti Diklatinpel ini, para peserta kelak akan menjadi instruktur yang berkualitas. “Selain itu, juga memiliki attitude yang baik dan selalu bertanggung jawab dengan apa yang dipilihnya,” tegasnya.
Sedang ketua PAC IPNU Kecamatan Dawe, Haidar Halim, berpesan agar para kader IPNU-IPPNU senantiasa menjadi kader yang haus akan ilmu, dan memiliki kemauan yang tinggi untuk mencari pengalaman.
“Sebaik- baik guru adalah pengalaman. Jika kita ada keinginan dan selalu haus untuk mencari pengalaman, maka pasti akan mencari hal-hal baru, menjadi pribadi kreatif dan juga inovatif,” tuturnya. (Eka Laila Rizki Apriliana, mahasiswa PPL Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Kudus)