KUDUS, Suaranahdliyin.com – Lailatul Qodr adalah malam seribu bulan yang patut dinantikan dan digapai. Para ulama terdahulu sudah memberikan beberapa tanda untuk memprediksi datangnya malam mulia tersebut. Demikian itu disampaikan oleh Mustasyar MWC NU Kecamatan Dawe KH. Ahmad Arwan dalam Darusan Umum Menara di Gedung YM3SK, Rabu (22/05/19) malam.
“Satu malam yang dihitung ibarat 83 tahun lebih 4 bulan, semoga tahun ini kita bisa ditakdirkan ibadah pada malam tersebut,” tuturnya diamini jamaah yang hadir.
KH. Ahmad Arwan menjelaskan beberapa pendapat dari para ulama hingga sahabat Nabi mengenai prediksi kehadiran malam Lailatul Qadr. Diantaranya, dalam Kitab Fathul Qadir sahabat Bilal bin Rabbah menyaksikan bahwa malam lailatul qadr jatuh pada 24 Ramadan.
“Kalau ada pendapat begitu tidak usah dibantah dulu, katanya malam ganjil begitu, tinggal kita ini ikut pendapatnya siapa,” jelas Mustasyar Madrasah Miftahul Falah Cendono Dawe ini.
KH. Ahmad Arwan melanjutkan, pendapat dari Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili dalam Tafsir Showiy menyebutkan bahwa Lailatul Qadr bisa diprediksi berdasarkan awal Ramadan. Menurutnya, jika awal Ramadan Senin maka Lailatul Qadr kemungkinan jatuh pada malam ke-21 bulan Ramadan.
“Tanda-tanda Lailatul Qadr itu suasananya nyaman. Malam itu seolah-olah mencorong, sejuk tapi tidak dingin, tidak ada mendung dan tidak ada bintang pindah,” imbuhnya.
Salah satu tandanya lagi yaitu air laut terasa tawar. Hal itu, kata Kiai Arwan, merujuk pada kisah Utsman bin Ash yang dilapori oleh budaknya yang merasakan air laut berubah tawar pada malam Ramadan. Seketika itu Ustman bin Ash bilang kalau malam tersebut adalah malam Lailatul Qadr.
“Kemudian pada pagi harinya matahari terbit tidak menyorot. Karena malaikat pada waktu itu turun melebihi jumlah kerikil. Ketika naik lagi itu lah menjadi sebab matahari tidak terlalu menyorot,” lanjut Kiai yang juga mengajar di Madrasah TBS Kudus tersebut.
Untuk itu, KH. Ahmad Arwan lantas mengajak jamaah agar menyambut malam mulia tersebut dengan beribadah dan melakukan amal saleh. Ia juga berkali-kali mendoakan supaya jamaah pada umumnya bisa mendapatkan buah dari Lailatul Qadr. Ulama asal Desa Cendono Kecamatan Dawe ini pun mewanti-wanti agar jangan bermalas-malasan.
“Kalau kamu termasuk orang malas, (berusaha) iktikaf di masjid saja. Kalau kadar malasnya sedang, dirikanlah salat malam, salat hajat. Kalau yang rajin ya ditambah salat tasbih. Semoga kita semua mendapat Lailatul Qadr,” pintanya.
Pada kesempatan itu, KH. Ahmad Arwan juga mengajak seluruh jamaah untuk berefleksi terkait peningkatan amal dari satu Ramadan ke Ramadan berikutnya. Apakah nafsu kita semua sudah terdidik dari baik menjadi baik atau kah belum.
“Selama hidup ini sudah menangi Ramadan berapa kali? Apakah nafsu ini sudah berubah menjadi muthmainnah atau masih lawwamah atau amarah? Semoga kita mendapat pertolongan Allah SWT,” tandasnya. (rid/adb)