
- Pelatihan Jurnalistik Pondok/MTs. Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria (PTPYQ2M)
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Selama dua hari puluhan santri Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Quran 2 Muria (PTPYQ2M) itu berjibaku dengan dunia literasi. Dengan suasana khidmat ditemani udara sejuk pegunungan Muria, mereka mendengarkan materi, berdiskusi dan kemudian praktik menulis dan membuat buletin bayangan.
Dibentuk menjadi enam kelompok, diskusi pun berlangsung gayeng. Masing-masing kelompok didampingi oleh kru Suaranahdliyin.com dan guru pendamping. Meski masih dalam usia tsanawiyah, mereka tak ragu mengerjakan tema-tema yang lumayan berat. Kelompok 6 misalnya, mereka membuat tema buletin soal bagaimana agar generasi muda bisa menjadi generasi yang Qur’ani Amali.
“Kami terinspirasi tema soal Alquran tersebut dari Abah Khamim, beliau memberi pengertian agar para santri tidak hanya menghafal Alquran tapi juga mengamalkan apa yang ada di dalam Alquran,” ujar Jheni Abista Kaiyosa, ketua kelompok 6, kepada Suaranahdliyin.com, Jum’at (31/01/2020).

Jheni membuat buletin bayangan bersama lima orang rekannya, yakni Afina, Aliya, Hawar, Rista dan Khinar. Keenam orang tersebut memberi nama buletin bayangannya “Kalamun”, medianya generasi pecinta Alquran.
“Kalamun itu kita maknai sebagai kata, kalimat, ucapan yang bermanfaat. Kalamun terinspirasi dari doa ketika mulai halaqoh, jadi kami harap buletin ini juga sesuai dengan doa itu dan bisa bermanfaat bagi pembacanya,” jelas pimred buletin Kalamun itu.
Kelompok lain, ada yang menamakan buletinnya dengan “Al-Ulyatul Ilma” media inspirasi para pencari ilmu. Mereka membahas tema soal kiprah santri millennial untuk peradaban dunia. Diantara pembahasannya yakni bagaimana seorang santri bisa menjadi ‘alim dan ‘abid (berilmu dan rajin ibadah), tapi tetap keren dan bergaul dengan semua kalangan.
Pimpinan Umum Suara Nahdliyin, Moh. Qomarul Adib mengapresiasi semangat santriyah PTPYQ2M dalam menekuni dunia literasi. Ia berharap generasi ini akan bisa mewarnai jagat literasi dan informasi baik cetak maupun online.
“Minimal mereka tahu dan paham alur informasi itu dibuat hingga akhirnya bisa dibaca oleh publik,” katanya. (rid, gie, il, luh/ ros, adb)