Berkaca dari Cara Datuk Nusantara Menolak Bala

0
1949
H. Hisyam Zamroni / wakil ketua PCNU Kabupaten Jepara

Dahulu kala, datuk – datuk (leluhur) kita begitu gelisah melihat rakyatnya terkena bermacam pageblug. Pageblug adalah “realitas yang menyejarah”, di mana setiap masa mempunyai “masa pageblugnya” sendiri, sekaligus mempunyai “tolak bala-nya” sendiri.

Metode menolak bala berbeda – beda dari waktu ke waktu, sesuai dengan tantangannya sendiri, berikut metode ritual yang sangat beragam dan kaya di Nusantara, seperti selametan bubur abang bubur putih, selametan jajan pasar, ruwatan sukerta, rebo pungkasan dan lain sebagainya.

Di sisi lain, pemimpin pemimpin ummat pun ikut gelisah memikirkan pageblug yg dihadapi rakyatnya, dengan jalan tirakat (riyadhoh), uzlah, atau semedi meminta petunjuk kepada Sang Yang Maha Wenang, Ilahi Rabbi, yang kemudian mendapatkan  beragam “wisik/ ilham” seperti membuat keris pusaka berpamor “singkir dan tundung”, air kehidupan, rapalan doa-doa dan lainnya.

Pertanyaannya, apakah sekarang ini kita masih menemukan orang orang “bijak” yang masih mau riyadhoh, uzlah, atau bersemedi memohon dengan hati yang hening lagi ikhlas, agar mendapat petunjuk, wisik dan ilham, nangis “guguk”  kepada Sang Yang  Maha Wenang, memikirkan pageblug yang dialami rakyatnya sebagaimana Kanjeng Nabi Muhammad yang selalu memikirkan ummatnya?

Dalam bahasa sederhana, kita ini butuh “pemimpin” yang mempunyai “moralitas Ilahiyyat”, yaitu pemimpin yang “tanggap dan cerdas” baik secara spiritual maupun keduniaan, yaitu pemimpin yang senang riyadhoh, uzlah dan semedi sekaligus cerdas dan gila kerja, kerja, dan kerja.

Nah, secara khusus pada masa pageblug global Covid – 19 ini, setidaknya dimulai dari diri sendiri, melakukan riyadhoh, uzlah dan semedi. Nangis marang Sang Yang Maha Wenang, bermunajat nyuwun ”tombo tolak bala” kagem keluarga, nusa dan bangsa.

Secara massal, mungkin kita harus melakukan “ruwatan sukerta” nanggap “wayang”, sebelum kita ini “diwayangkan” oleh pageblug Corona.

Semoga saudara – saudara saya di Jepara, dan Indonesia secara umum, nir ing sambi kala. Amin. Amin. Amin. (H. Hisyam Zamroni, wakil ketua PCNU Kabupaten Jepara, Jawa Tengah)

Comments