KUDUS,Suaranahdliyin.com – Jum’at (5/1/2024), Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (MTs NU) Nurussalam Gebog Kudus memasuki usia 55 tahun. Selama dua hari, Keluarga besar MTs NU Nurussalam memeringati hari lahir (harlah) ke 55 tersebut dengan ragam kegiatan.
Informasi yang diterima Suaranahdliyin.com, para dewan guru bersama peserta didik melaksanakan upacara harlah sekaligus peringatan Hari Amal Bakti (HAB) ke-78 Kemenag RI, Khotmil Qur’an 12 Khataman dan pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jailani Rabu (23’1’2024) Kegiatan berlangsung hidmat penuh kekhusyukan yang diakhiri dengan menikmati tumpeng bersama.
Kamis (4/1/2024), peserta didik didampingi para guru mengadakan ziarah ke makam muassis (pendiri), pengurus dan ustadz/ustadzah (guru) MTs NU Nurusalam yang telah wafat. Mereka menyebar menjadi beberapa rombongan menuju makam di sejumlah desa yakni desa Besito Jurang, Ngemplak Gondosari, Daren Nalumsari, Kedungsari, Sudimoro dan Padurenan.
“Di setiap makam muassis, pengurus dan guru, kami membacakan tahlil dan doa serta tabur bunga sebagai symbol ikroman (memulikan) jasa-jasa mereka seraya meneruskan dan meneladani perjuangannya.”ujar Kepala MTs NU Nurussalam, Julal Umam.
Julal menjelaskan peringatan harlah ke-55 mengusung tema “Mengabdi Negeri Membentuk Generasi Budi Pekerti.” Tema itu, menurutnya, MTs NU Nurussalam yang lahir 5 Januari 1969 ini mempunyai harapan besar agar para santri (peserta didik) pada zaman milenial seperti ini dapat menjadi pelajar yang berilmu dan beradab.
“Adab atau budi pekerti adalah sesuatu yang harus lebih didahulukan daripada ilmu,’terangnya.
Ia mengungkapkan arti adab secara keseluruhan yaitu segala bentuk sikap, perilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak. Ia mengutip pernyataan Yusuf bin Al Husain bahwa dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.
“Sebab, kepintaran tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab (etika).”tandas Julal.
“Bahkan mungkin kita juga sering mendengar Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh (Adabul Imla’ wal Istimla’ [2], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [10]).”sambungnya.
Julal mengharapkan para pendidik harus memahami peran penting menanamkan adab pada proses pengembangan karakter peserta didik yang baik. Pada era ini, adab dan karakter mulai pudar oleh perkembangan zaman.
“Banyak peserta didik yang mengabaikan betapa pentingnya adab dan karakter dalam dunia pendidikan. Maka peran pendidik menjadi kunci utama dalam mewujudkan generasi penerus yang beradab dan berilmu.”ungkap Julal.(rls/adb)