Shiyam dalam Lanskap Bangunan Islam

0
828

Oleh: Dr KH Muchotob Hamzah MM

Allah Subahanhu wa Ta’ala dalam firmannya menyebutkan:

ياايهالذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كتب  على الذين من قبلكم لعلكم تتقون. Artinya: Hai orang beriman, diwajibkan bagi kalian untuk shiyam sebagaimana telah diwajibkan kepada umat sebelum kalian, supaya kalian bertaqwa (QS. 2: 83).

Statemen ini tegas, lugas dan transparan, bahwa kewajiban shiyam telah diwajibkan kepada umat-umat sebelumnya. Tentang hal ini umat Islam tidak perlu inferior. Dalam Taurat ada puasa perdamaian (Imamat 16: 29); puasa duka cita (Mazmur 35: 13); puasa pertobatan (Yunus 3:5). Dalam Injil ada puasa perdamaian (Kisah Rasul 27: 9); puasa Senin dan Kamis (Lukas 18: 11);  puasa mengusir setan (Matius 17: 21). Puasa ayyamul-baidh (puasanya Nabi Adam), dan puasa berselang-seling (puasanya Nabi Dawud).

Islam menyajikan tiga kerangka  besar, yakni: Rukun iman, rukun Islam dan rukun ihsan.

  1. Rukun iman ada enam yaitu: a). iman wujudnya Allah; b). iman adanya malaikat Allah; c). iman kepada kitab-kitab Allah; d). iman kepada rusul Allah; e). iman kepada adanya hari akhir; f). iman tentang baik-buruknya takdir dari Allah. Ibarat bangunan, rukun iman ini adalah fondasinya yang disimpulkan dengan dua kalimah syahadat dalam rukun Islam.
  2. Rukun islam ada lima: a). Syahadat (fondasi yang berisi keimanan) sebagaimana dijelaskan di atas, dengan penegasan dua poin yaitu ikrar menuhankan hanya Allah semata dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya.

Nabi Muhammad bersabda:

من قال اشهد ان لا اله الاالله وحده لا شريك له و اشهد ان محمدا عبده ورسوله وان عيسى عبدالله وابن امته وكلمته القاها الى مريم وروح منه وان الجنة حق وان النار حق ادخله الله من اي ابواب الجنة الثمانية شاء.  Artinya: Barangsiapa mengucapkan “Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya dan Nabi Muhammad sebagai hamba dan rasul-Nya, Nabi Isa sebagai hamba dan anak hambanya dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta ruh dari-Nya. Dan iman bahwa surga dan neraka adalah haq, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga melalui pintu manapun yang ia maui” (Muslim no 149). Jika terjadi ada Islam tanpa iman, maka ibarat bangunan tanpa fondasi, ia akan roboh.

b). Salat. Baihaqi meriwayatkan hadis “salat sebagai tiyang agama” yang disetujui oleh Al-Asqalani dalam Talkhish 1/173. Hadis ini dikuatkan oleh Tirmidzi No. 986; Ibnu Majah 2616; Ahmad No 237). Demikian pula bangunan akan ambruk pula jika tanpa tiang.

c). Zakat, saluran pembuangan kotoran diri dan hartanya (QS. 9: 10); d). Shiyam, dinding yang menghadang bahaya dari luar sebagaimana hadis: Shiyam adalah perisai dari api neraka (Ahmad, Sahih 3: 396); e). Haji, atap yang menaungi seluruh bangunan. Karena di samping Allah perintah menyempurnakan haji dan umrah (QS. 2: 196), haji juga merupakan penyempurna dan penutup rukun Islam.

  1. Rukun ihsan ada dua. a). Beribadah kepada Allah seperti ia melihat-Nya atau dia yakini bahwa Allah melihat dirinya (Muslim No 8); b). Berbuat baik kepada orang yang berlaku buruk kepada dirinya.

Hadis sahih tersebut sangat fenomenal, karena selain isinya komprehensif dan holistik, juga memaparkan bahwa dengan kehendak  Allah, orang-orang biasa bisa melihat malaikat Jibril dalam rupa manusia.

Shiyam adalah ibadah yang bisa dipalsukan. Karena hanya Allah dan dirinyalah yang tahu hakikat ia shiyam atau pura-pura shiyam. Maka pantaslah kalau si Shaim akan diberi pahala yang tak terhitung (Bukhari 7/226).

Jadi, shiyam adalah manifestasi nilai kemakrifatan dalam syahadat, keikhlasan dalam salat,  kesyukuran dalam zakat, kepasrahan dalam haji dan ketawadhu’an dalam relasi sosial. Shiyam, Allah jadikan pelatihan muslim guna membersihkan hati dari riya’ dan sum’ah yang memicu syirik khafi dari semua ibadah mereka. Wallaahu a’lam bi al-shawaab. (*)

Dr KH Muchotob Hamzah MM,

Penulis adalah ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Wonosobo.

 

Comments