
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Setiap tahun, masyarakat di Kabupaten Kudus, bahkan Jawa secara umum, memiliki tradisi menggelar haul para wali dan leluhur yang telah berjasa dalam dakwa Islam.
Di Kabupaten Kudus saja, pada setiap Muharram, haul digelar di berbaga tempat, antara lain Kangjeng Sunan Kudus, Kiai Telingsing, Kangjeng Sunan Muria, Kangjeng Kedu, dan lain sebagainya.
Bagi peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Keagamaan pada Kementerian Agama (Kemenag) RI, Dra. Munawiroh M.Pd., tradisi haul untuk mengenang para wali dan tokoh agama yang telah berjasa dalam pengembangan Islam, memiliki makna yang sangat penting.
‘’Haul ini sudah menjadi tradisi keagamaan dalam Islam, khususnya di Jawa, tak terkecuali di Kabupaten Kudus ini,’’ ujarnya : Upacara ganti luwur dan haul Kanjeng Sunan Muria “Raden Umar Said Kudus”
Dia mengemukakan, peringatan sebagaimana haul Sunan Kudus dan Kiai Telingsing yang Saya berkesempatan hadir kali ini, merupakan wujudk penghormatan kepada para wali. ‘’Ini sebagaibentuk penghormatan atas jasa-jasanya dalam menegakkan Islam di Jawa,’’ paparnya.
Peneliti pada Puslitbang Keagamaan Kemenag RI itu pun mengaku terkesan menyaksikan haul Sunan Muria yang dihadiri ribuan orang, banyak tokoh-tokoh berpengaruh hadir, khususnya para kiai-kiai besar di Kudus dan sekitarnya.
Peringatan haul, menurutnya, berjalan dengan khusyuk dan khidmat. Yang menarik lagi baginya, ada acara makan bersama nasi barakah di tampah setelah doa selametan yang pada haul Sunan Muria kali ini, dipimpin oleh Habib Umar Muthohhar.
‘Tradisi ini sangat penting untuk dilestarikan, sebagai penghormatan kepada wali dalam mensyiarkan Islam dan sebagai pelaku sejarah di tanah Jawa. Selain itu, juga sebagai pengingat bagi generasi muda, bahwa mereka yang kini menjadi generasi melenial kini, adalah berkat perjuangan para leluhur,’’ katanya. (ros, rid, gie/ adb)