MPSN 2018, Dirjen Pendis Sebut Santri dan Pesantren Patut Diekspose

0
1526

Yogyakarta, Suaranahdliyin.com – Menyampaikan sambutannya dalam Muktamar Pemikiran Santri Nusantara (MPSN) 2018, Direktur Jendral Pendidikan Islam (Dirjen Pendis), Kamaruddin Amin, mengungkapkan pentingnya mengekspose pemikiran dan amaliah santri sebagai idola baru di jagat virtual maupun nyata. Menurutnya santri dan pondok pesantren tidak hanya ahli dalam bidang keislaman tetapi juga sekaligus mampu berdialektika dengan zaman.

“Maka Santri dan Pondok Pesantren patut di ekspose sebagai agen perubahan sosial yang membawa pemahaman Islam yang moderat dan santun serta mampu berdialektika dengan zaman,” ujarnya di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Rabu (10/10/18).

Dalam kesempatan itu, Dirjen Pendis menyampaikan tiga alasan mengapa santri dan pondok pesantren harus tampil terdepan dalam dakwah Islam di Indonesia. Pertama, menipisnya pemahaman agama yang dinamis membuat berbagai penyimpangan dakwah kerapkali muncul, utamanya pada jagat virtual.

“Munculnya dakwah yang mengandung ekstrimisme, diskriminasi dan konservatisme dalam jagat maya itu seakan jadi idola baru dibandingkan para ulama dan kiai kampung yang telah dengan sabar, tekun dan hati-hati dalam mengajarkan agama,” jelas Kamarudin.

Selanjutnya, ia menjelaskan penyebab adanya fenomena tersebut ada pada alasan kedua. Yaitu minimnya orang untuk mau mengambil pemahaman melalui sumber agama yang otoritatif dan jelas sanad keilmuannya. Kemauan yang hanya bergantung pada sikap praktis dan instan membuat seseorang tidak mau menerima pandangan lain tentang kebenaran yang hakiki.

“Orang kini, utamanya dalam dunia virtual itu maunya pasti yang praktis, langsung tahu hukumnya ini dan itu tanpa mengklarifikasi darimana sumber yang ia jadikan rujukan atau pijakan,” imbuhnya.

Yang ketiga, lanjut Kamarudin, bagi mereka yang tidak terbiasa berdialog dan cenderung konservatif seringkali menganggap ustaz idolanya adalah yang terbaik. Sehingga apapun fatwa maupun ucapan yang dikatakan oleh ustad idolanya adalah kebenaran mutlak. Ini tentu membahayakan bagi perkembangan keagamaan di Indonesia.

“Padahal sebagaimana kita tahu, para santri dan kiai di pondok pesantren selalu menunjukkan keramahan Islam serta cinta tanah air yang tiada habisnya,” ungkapnya.

Mengambil tema utama Islam, Kearifan Lokal dan Tantangan Kontemporer, muktamar ini bertujuan untuk mengukuhkan santri dan pesantren sebagai subkultur sosial, memetakan persoalan kontemporer untuk menjawab tantangan zaman, sebagai upaya trasnformasi sosial untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta meningkatkan mutu penelitian di pondok pesantren.

“Harapannya langkah ini akan membawa dampak yang luar biasa bagi perkembangan dakwah Islam di Nusantara bahkan dunia. Mari kita bangun peradaban dunia melalui santri dan pondok pesantren, semoga Allah SWT meridlai langkah kita,” doanya diamini oleh ribuan peserta yang hadir memenuhi halaman PP. Al-Munawwir itu. (rid)

Comments