
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Tradisi Rebo Wekasan Desa Jepang, Mejobo, Kudus kembali digelar. Tradisi ini diadakan pada Rabu terakhir di bulan kedua dalam penanggalan Hijriah yakni bulan Safar.
Pada tradisi tersebut, warga Desa Jepang menggelar Festival Rabo Wekasan dengan berbagai pentas seni, bazar UMKM, pengajian, khotmil quran bil ghaib dan bin nadhar dan diakhiri dengan kirab serta itual air salamun pada 12-20 September, tepat di Area Masjid Wali Al Makmur, Jepang, Mejobo, Kudus.
Menurut penuturan Ketua Panitia, Nur Aziz, tradisi Rebo Wekasan Desa Jepang ini sudah turun temurun sejak 925 M yang dimulai oleh ulama Ndoro Ali, dilaksanakan di hari Rabu terakhir Safar.
“Mulai tahun 2009 tradisi ini diramaikan dengan pengajian hingga kirab yang diinisiasi oleh Pemerintah Desa, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Pengurus Masjid,” tuturnya kepada Suaranahdliyin.com Selasa, (14/09/2022).
Aziz turut menjelaskan, Rebo Wekasan sebagai Rabu terakhir di bulan safar yang dipercayai sebagai waktu turunnya bala musibah sehingga para ulama menganjurkan masyarakat untuk berdoa diantaranya ritual air salamun.
Mengenai festival Rebo Wekasan tahun ini, Azis mengatakan ada perbedaan dengan tahun sebelumnya. Jika di tahun sebelumnya ada kolaborasi kepanitian antara pemerintah desa dan pengurus masjid, kali ini hanya ditangani pengurus masjid dan beberapa pemuda desa.
“Selain itu, tahun kemarin memang lebih sederhana karena masih ada pandemi,” katanya.
Azis mengaku senang melihat antusias masyarakat, Ia berharap tradisi Rebo Wekasan di Desa Jepang bisa langgeng dilestarikan sebab menurutnya masyarakat bisa meningkatkan rasa kekompakan melalui festival ini.
“Tidak hanya itu semua warga Jepang bisa mengingat perjuangan tokoh-tokoh terdahulu seperti Sunan Kudus dan Arya Penangsang apalagi zaman sekarang banyak generasi yang melupakan sejarah,” ungkapnya.(umi/adb, ros)