KUDUS, Suaranahdliyin.com – Sebanyak 55 kader Fatayat NU Kota Kudus dibekali pengetahuan tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) guna mendukung pemenuhan gizi kehidupan untuk pencegahan stunting. Agenda bertajuk Optimalisasi Peran Kader PMBA dalam Percepatan Penurunan Stunting digelar Fatayat PCNU Kabupaten Kudus, pada Jumat, (11/08/2023) di Kantor PCNU setempat
Orientasi yang merupakan tindak lanjut dari kerjasama Fatayat NU Jateng dan UNICEF ini pula sebagai bagian dari program Sambung Simbok Sambang Bocah milik PW Fatayat NU Jateng. Hadir sebagai pemateri, Wakil Ketua II PW Fatayat NU Jateng, Lulu Idzarotun, Wakil Sekretaris I Titik Indrayani dan Ahli Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Susmarianti Kurniasih.
Wakil Ketua II PW Fatayat NU Jateng, Lulu Idzarotun, mengatakan, pada orientasi kali ini berisikan edukasi kepada masyarakat berupa perubahan perilaku bagaimana memberikan makanan yang baik untuk anak yang dimulai sejak ibu hamil.
“Maka melalui kader Fatayat, kita bisa membantu memantau ke bawah sehingga diharapkan terjadinya penurunan angka stunting,” katanya kepada Suaranahdliyin.com
Pihaknya juga menyampaikan, kerja sama ini merupakan bentuk kepedulian Fatayat terhadap anak-anak sebagai generasi penerus. Menurut Lulu, stunting menjadi masalah yang krusial sebab kalau dibiarkan generasi penerus bangsa akan habis.
“Maka yang mengikuti orientasi PMBA ini merupakan kader yang bisa bertemu langsung bahkan menjadi kader Posyandu di masing wilayah,”papar Lulu.
Sementara itu, Ahli Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Susmarianti Kurniasih, menjelaskan, kegiatan orientasi PMBA menjadi salah satu pencegahan stunting di Kabupaten Kudus. Menurutnya, ini merupakan tugas semua pihak dan semua sektor untuk mencegah stunting jadi sesuai dengan target stunting Kudus turun 14 persen.
Maka yang disampaikan pada orientsi kali ini adalah perihal standar makanan emas bayi IMD asi eksklusif PMYA, dan asi selama 2 tahun baik itu PMYA bayi usia 6-11 bulan seperti apa bayi 9-12 bulan.
“Mulai dari umur frekuensi dan jumlahnya dan tekstur makanan harus disesuaikan. Ada tahapan yang bermanfaat untuk berkembangan bayi,” imbuhnya.
Dikatakannya, problematika masyarakat yakni kekhawatiran mereka melihat pertumbuhan anak yang tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sebab, beberapa penyebab stunting diawali dari penurunan berat badan, gizi buruk dan lemahnya perkembangan otak.
“Maka kita harus bersama-sama, bahwa pemberian makanan harus dijelaskan,” tandasnya.
Terakhir, Ketua Fatayat Kudus, Nik Hayati, menyampaikan, kader Fatayat yang ikut serta dalam orientasi PMBA ini merupakan kader yang andil dalam posyandu.
“Sehingga mereka mempunyai kewajiban menyampaikan dan mengedukasi sekaligus menjadi pioneer penggerak dari penekanan angka stunting,” pungkasnya.(umi/adb)