Oleh: H. Mohamad Muzamil
Sebagai orang yang beriman (mukmin), hendaknya tidak berpikir melawan alam ciptaan Allah, karena alam dan seisinya ini diciptakan-Nya untuk kemakmuran umat manusia. “Jika bersyukur kehadirat-Nya, tentu akan ditambah nikmatnya, namun jika kufur tentu azab-Nya sangat pedih”.
Pada mulanya, alam diminta untuk mengemban amanah sebagai pemimpin di muka bumi ini, namun tidak ada yang sanggup memikulnya. Namun kemudian Nabi Adam alaihissalam, dengan kelebihan yang diberikannya; dikaruniai hati, akal dan nafsu. Juga diberikan hidayah agama oleh Allah melalui para Nabi dan utusan-Nya.
Jika manusia mau menerima dan menjalankan petunjuk-Nya atau mau mengendalikan nafsunya, maka mereka akan menjadi mulia dan berkecukupan kehidupannya. Namun jika tidak bisa mengendalikan nafsunya, maka seperti umat terdahulu; binasa.
Dalam sejarah disebutkan, misalnya, Kaum Saba’, awalnya hidupnya makmur karena suburnya alam negerinya. Namun karena tiadanya rasa syukur kepada-Nya, akhirnya Kaum Saba’ binasa. Demikian pula umat Nabi Nuh. Karena tiadanya rasa syukur, akhirnya tenggelam oleh musibah banjir bandang. Umatnya Nabi Luth yang tak mau bersyukur, akhirnya terkena penyakit kelamin yang mengerikan, dan seterusnya. Semoga Allah melindungi kita dari hal yang demikian. Amin.
Bukankah nampak jelas, bahwa kerusakan di darat dan di lautan, disebabkan karena ulah manusia? “Apa-apa yang baik adalah dari Allah, dan adapun yang buruk adalah karena ulah manusia sendiri”.
Satu-satunya lawan atau musuh manusia adalah iblis atau syaitan al-rajim yang selalu menggoda atau mengajak manusia berbuat kerusakan, menganiaya diri mereka sendiri dan kemudian dilaknat oleh Allah.
Agar manusia dapat selamat dari godaan syaitan, manusia diwajibkan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan dengan membaca ta’awuz; audzu billahi min al-syaitan al-rajim”.
Karakter manusia seringkali diingatkan di dalam kitab suci, namun anehnya banyak yang tidak tersinggung, padahal jika diingatkan guru atau temannya yang baik, justru kadang tersinggung. Bahkan dengan tegas Allah mengingatkan kepada kita, “apakah engkau tidak berpikir, apakah engkau tidak memperhatikan, apakah engkau tidak melihat…” dan seterusnya.
Kebanyakan manusia memang tidak mau bersyukur. kebanyakan manusia memang (suka) berkeluh kesah. kebanyakan manusia memang kikir dan (suka) menganiaya dirinya sendiri.
Sementara itu alam raya ini taat dan patuh kepada All4h. Gunung-gunung selalu bertasbih setiap pagi dan sore. Semuanya. Tanah. Api. Udara, dan lautan tunduk kepada perintah Allah, Sang Maha Pencipta. Matahari, bulan dan seluruh galaksi juga patuh pada perintah-Nya. Apalagi para Malaikat-Nya. Adapun manusia, ada yang taat, dan ada pula yang maksiat.
Semoga Allah mengampuni dan merahmati kita semua, dan mengumpulkan kita bersama orang-orang yang bebuat adil dan berbakti. Amin. (*)
H. Mohamad Muzamil,
Penulis adalah Ketua PWNU Jawa Tengah