BREBES, Suaranahdliyin.com – Nahdlatul Ulama (NU), didirikan oleh masyayikh dari berbagai pondok pesantren yang ada di tanah air. Agar kultur ini melekat di sanubari jamaahnya, maka warga NU jangan sampai meninggalkan mengaji, apalagi tidak mau mengaji kitab kuning (kitab salaf).
K. Jazuli Syafa, alumnus Ponpes Lirboyo, Kediri, mengutarakan hal itu dalam pengajian kitab Hikam di Masjid At Taqwa Desa Jagalempeni, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Ahad (1/3/2020) lalu.
‘’Kebangkitan para ulama dalam pergerakannya, selalu bersentuhan dengan nilai nilai yang termaktub dalam kitab kuning. Karena itu warga NU jangan meninggalkan mengaji kepada kiai. Usahakan hadir di majlis ahli ilmu, karena pahalanya sangatlah besar,’’ terangnya.
Wakil Ketua Tanfidziyah MWC NU Kecamatan Wanasari, Akhmad Sururi, mengatakan, pengajian rutin bergiliran ini adalah kegiatan yang diselenggarakan MWC NU, melalui kajian rutin kitab Aswaja dan Hikam.
‘’Kegiatan ini bertujuan agar warga NU memahami ajaran Aswaja, serta nilai-nilai akhlakul karimah atau tasawuf dalam kehidupan bermasyarakat. Dua kitab yang dikaji ini juga bertujuan agar warga NU tidak lepas dari kitab kuning, yang lazim diajarkan di pesantren,’’ katanya.
Dia juga berpesan, agar jika warga NU hendak memondokkan anak-anaknya, harus yang betul-betul ada kurikuklum kitab kuning (salaf) dan berhaluan ahlus sunah wal jamaah an-nahdliyyah.
“Ini penting, supaya anak-anak kita menjadi generasi NU yang militan dan memahami khazanah pesantren yang berbasis kitab kuning, dan tidak terkontaminasi dengan ajaran wahabi,” ujarnya. (rur, bu/ adb, ros, rid)