SEMARANG,Suaranahdliyin.com – Menjelang satu abad, Nahdlatul Ulama memiliki tiga pekerjaan yang harus dilaksanakan yakni Ideologisasi, penguatan kelembagaan dan sinergitas. Ini menjadi strategi yang bisa memberikan kemanfaatan dan pelayanan kepada warga NU dan umat Islam.
Hal ini disampaikan Sekretaris PWNU Jawa Tengah KH. Hudallah Ridwan Naim dalam acarasosialisasi program NU Care- LAZISNU Jawa Tengah di Kantor NU Jl.Dr.Cipto Semarang, Senin (16/2019)
KH.Hudallah mengatakan penguatan ideologi Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) harus ters dilakukan pada semua lini, sektor maupun semua tingkatan. Begitu pula, menanamkan kebanggaan kepada NU sangat perlu digaungkan pada kalangan warga.
“Jangan sampai ikut organisasi para ulama, kiai, yang didirikan Hadratussyaikh Hasyim Asyari ada perasaan tidak merasa senang, atau malah merasa terbebani mengurus NU. Maka ideologisasi ini menjadi sangat penting,” tegas Gus Huda.
Terkait penguatan kelembagaan, Gus Huda menekankan semangat ideologisasi ini harus disalurkan melalui proram-program dan kegiatan-kegiatan dalam bingkai kelembagaan. Sehingga program-program itu tercapai secara optimal dan berkelanjutan.
“Beberapa waktu lalu saya keliling di beberapa pasar kecamatan utamanya di Pasar Mranggen ada beberapa orang penjual sayur yang statusnya warga NU, masih berhutang pada rentenir, seratus ribu untuk beli sayur pagi hari, nanti untuk jualan, nanti siangnya sudah ditagih lagi. Ini masih terjadi di masyarakat kita. Kalau tidak percaya, silakan survei di pasar-pasar desa maupun pasar-pasar kecamatan,” tegasnya.
Melihat cerita itu, ia mengharapkan pengurus MWC NU di masing-masing daerah untuk dapat memanfaatkan iuran secara sederhana untuk menuntaskan problem tersebut. Jika satu MWC NU ada anggota 25 ribu orang dan iuran Rp 10 ribu saja, maka sudah ada Rp 25 juta.
“Jika saat ini ada orang kecil tidak dapat makan karena tidak punya uang, itu dosanya siapa? Jika ada anak kecil tidak bisa sekolah, siapa yang berdosa?” tegasnya.
Ketika ada orang pindah ideologi karena uang, katanya, ini dosa siapa? Mengapa ini tidak dapat teratasi, katanya, karena kita tidak dapat berorganisasi dengan baik, dan ini adalah kelemahan kelembagaan.
“Jangan artikan ketika Rasulullah SAW bersabda; ‘Tidaklah sempurna iman seorang mukmin, ketika ia malam dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya dalam keadaan.’ Ini jangan diartikan secara tekstual, dan tetangga kita yang kelaparan harus dituntaskan secara kelembagaan,” katanya.
Dalam kelembagaan itu, menurutnya, dapat menjamin kondisi ekonomi masyarakat maupun anak yang putus sekolah. “Kelembagaan itu penting untuk menjamin masalah itu dan menjamin secara berkelanjutan. Maka kita harus melahirkan sistem di NU yang baik, melahirkan sistem kelembagaan yang bagus, nanti siapapun yang meneruskan akan baik dan akan menjadi amal jariyah kita semuanya ,”jelas Gus Huda.
Pekerjaan ketiga adalah NU perlu melakukan sinergitas. “Baik itu internal NU, di luar NU, sinergitas menjadi penting. Sinergitas menjadi penting, sehingga antara Cabang, MWC, Ranting ketika dapat bersinergi, akan menjadi kekuatan besar,” bebernya.
Hal itu menurut Gus Huda sesuai perintah Nabi Muhammad, bahwa kekuatan Allah akan diberikan selama manusia masih mau berjamaah. “Maka ini kami terjemahkan ke dalam sinergitas, kerjasama, baik internal, maupun eksternal, lintas lembaga, baik antara PBNU, PCNU, MWCNU, Ranting, Anak Ranting, dan semua lembaga NU harus bersinergi,” tegasnya. (HI/adb)