SEMARANG, Suaranahdliyin.com – PC GP Ansor Kota Semarang bersama Pemuda Lintas Agama Kota Semarang dan DEMA FDK UIN Walisongo menyelenggarakan Seminar Pencegahan Radikalisme, Kamis (27/2/2020), dengan mengusung tema ‘’Peran Generasi Muda Kota Semarang dalam Menghadapi Paham Radikal’’.
Acara yang dilangsungkan di Laboratorium Dakwah Kampus III UIN Walisongo, ini dibuka oleh Dekan Fakultas Dakwah UIN Walisongo, Dr. Ilyas Supena, ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Tiga narasumber dalam seminar ini, yaitu Romo Aloysius Budi Purnomo (tokoh lintas agama), Sholahudin Aly (Ketua PW GP Ansor Jawa Tengah), dan Prof. Dr. Syamsul Maarif (Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme/FKPT) Jawa Tengah
Ketua PCNU Kota Semarang, KH. Anasom, dalam sambutannya memandang penting memberikan pemahaman tentang radikalisme kepada masyarakat luas, agar mereka bisa menangkalnya.
“Masyarakat masih banyak yang tidak paham apa itu radikalisme, sehingga memungkinan dia membuat kegiatan tangkal radikal, ternyata justru malah terjerumus sendiri di radikal. Melalui forum ini, kita bisa belajar apa itu gerakan radikal dan bagaimana menangkalnya,” katanya.
Kabid Kesbangpol Semarang, Joko Hartono, mewakili Wakilota Semarang, Hendrar Prihadi, mengemukakan, radikalisme merupakan salah satu dari tiga ancaman negara. Dua lainnya, yaitu tindakan koruptif, dan narkoba.
‘’Harus ada program kontraradikalisme. Pemerintah Kota Semarang membuka diri dan siap men-support aktivitas kontraradikalisme yang merupakan ancaman bagi bangsa, terutama bagi generasi muda yang mudah disasar lewat media sosial,” terangnya.
Seminar dengan tema “Peran Generasi Muda Kota Semarang dalam Menghadapi Faham Radikalisme” berlangsung dari pukul 14.00 WIB hingga 17.00 WIB. Puluhan peserta menyimak paparan dari narasumber dengan antusias.
Romo Aloysius Budi Purnomo, mengatakan, radikalisme tidak hanya ada di Islam, agama lain juga ada. “Tidak benar jika radikalisme hanya disematkan kepada agama tertentu. Semua punya potensi yang sama. Deradikalisasi yang dibutuhkan masyarakat adalah dengan aksi nyata seperti mengadakan perjumpaan-perjumpaan, silaturahim penuh keakraban, seni budaya dan sebagainya untuk menebarkan kasih,” ungkapnya.
Narasumber lain, Sholahudin Aly, berpesan supaya generasi muda supaya aktif membuat konten-konten kontraradikal. “Menghilangkan radikalisme tentu tidak bisa. Yang bisa dilakukan adalah membendungnya, supaya tidak sampai pada tindakan teror dan merusak. Anak muda harus berpesan melalui pembuatan konten-konten kontra radikal,” paparnya.
Sedang Prof. Dr. Syamsul Maarif, pada kesempatan itu memaparkan temuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), bahwa local wisdom (kearifan lokal) sangat efektif untuk menangkal paham radikal.
“Masyarakat yang mengadakan kegiatan-kegiatan kearifan lokal, lebih kebal terhadap radikalisme-terorisme. Paham radikal tidak bisa berbaur dengan paham lain selain mereka, bahkan menganggap di luar mereka sebagai kafir (thoghut). Kearifan lokal itu menghadirkan harmoni dan persatuan dalam keberagaman,” katanya. (rls/ adb, ros, rid)