
KUDUS, Suaranahdliyin.com –Menjelang pementasan music Band Padi di Alun-Alun Kudus, salah seorang personelnya, Satriyo Yudi Wahono (Piyu), menyempatkan mengunjungi Menara Kudus, Jum’at malam (18/1/2019).
Didampingi H. Udin, salah satu petugas makam dan masjid, gitaris Padi tersebut menziarahi Makam Kangjeng Sunan Kudus dan menaiki anak tangga Menara Kudus yang sangat eksotik.
Ditemui Suaranahdliyin.com, Piyu mengatakan, Menara Kudus merupakan penanda keberagaman di Indonesia. Ditilik dari sisi arsitekturalnya, Menara Kudus menggambarkan adanya budaya Jawa, pluralisme dan perpaduan antara Islam dan Hindu menjadi satu.
“Inilah heritage (warisan) dan peninggalan sejarah yang wajib kita lestarikan,” tandasnya.
Piyu menegaskan, Menara Kudus merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang harus dijaga. Banyak pesan moral bagi generasi bangsa untuk selalu menjaga keberagaman, terkandung di dalamnya.
“Kita harus memiliki kebesaran hati memberi ruang untuk keberagaman. Kalau merasa tinggi hati, merasa yang besar maupun yang paling benar, itu bukan (jiwa) Indonesia,” ujar musisi yang juga pecinta sejarah Indonesia ini.
Ditanya mengenai Pemilihan Presiden (Pilpres), pria kelahiran Surabaya ini menilai sebagai konstelasi politik bagian dari demokrasi. Kendati demikian, katanya, pilpres melahirkan situasi politik ‘meninggi’ yang rentan timbulnya perpecahan. “Karenanya kita harus selalu waspada supaya tidak timbul perpecahan,” tambahnya.

Kepada penggemar Band Padi, Piyu secara khusus berpesan agar senantiasa menjaga harmoni antarsesama. “Jaga harmoni dalam kehidupan,” tegasnya.
Kedatangan Piyu yang mengaku baru pertama kali ziarah makam Sunan Kudus ini mendapat perhatian para peziarah. Bagi yang mengenalnya, para peziarah mengajak selfi. Piyu pun dengan sabar melayani ajakan selfi dengannya tersebut. (adb/ros)