Para Kiai dan Anggota PPMA se-Jawa Hadiri Buka Luwur Sunan Kudus

0
3381
  • Panitia Bagikan 29.032 Bungkus Brekat Umum
Ulama, tokoh masyarakat, instansi pemerintahan, serta perwakilan anggota PPMA se-Jawa menghadiri puncak Buka Luwur Kangjeng Sunan Kudus.

KUDUS, Suaranahdliyin.com – Puncak Buka Luwur Kangjeng Sunan Kudus, Kamis Pon, 10 Muharram 1440 H yang bertepatan dengan 20 September 2018, dihadiri oleh ratusan undangan khusus dari kalangan kiai (ulama), tokoh masyarakat, instansi pemerintahan, serta perwakilan anggota Perhimpunan Pemangku Makam Auliya’ (PPMA) se-Jawa.

Nampak hadir pada kesempatan itu, antara lain KH. Sya’roni Achmadi, KH. M. Ulil Albab Arwani, KH. M. Arifin Fanani, KH. Hasan Fauzi, KH. Noor Halim, dan sederet ulama lainnya, dari Kudus dan sekitarnya.

Pada puncak Buka Luwur ini, dilakukan pembacaan doa Yaumul Asyuro yang dipimpin KH. Sya’roni Achmadi, dilanjutkan dengan pemasangan luwur ranjam di cungkup makam Kangjeng Sunan Kudus, dan ditutup dengan tahlil.

‘’Bersamaan dengan itu, berlangsung pembagian brekat umum, yang sudah dimulai setelah Shubuh. Antrean brekat dibagi dua, yaitu putra dan putri. Pada tahun ini, brekat yang dibagikan untuk umum adalah sebanyak 29.032 bungkus. Brekat berupa nasi dan daging dengan olahan uyah asem, dibungkus dengan daun jati dan diikat tali agel,’’ terang KH. Em Nadjib Hassan, Ketua Yayasan Masjid, Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK)

Selain brekat umum, juga dibagikan brekat keranjang untuk para tamu undangan sebanyak 2.498 keranjang. Semua brekat tersebut diolah dari 11 ekor kerbau dan 84 ekor kambing. ‘’Adapun beras yang dimasak sebanyak 6.760 kg, dari total beras shodaqah sebanyak 12.126 kg. Kerbau, kambing dan beras tersebut kesemuanya berasal dari shodaqoh masyarakat,’’ lanjut Kiai Nadjib.

Mengenai luwur, jelas diamini Wildan Hakiki, Humas Panitia Buka Luwur Kangjeng Sunan Kudus, membutuhkan 15.032 meter mori dan 110 meter vitrage, yang semuanya telah dibuat dan dipasang. ‘’Sebagaimana beras dan hewan, mori juga berasal dari shodaqoh masyarakat,’’ ungkapnya.

Buka luwur tahun ini melibatkan 1.175 perewang, dan 10.095 masyarakat tercatat memberikan shodaqohnya. ‘’Ritus ini dinamakan Buka Luwur, dan bukan haul sebagaimana lazimnya, karena memang hingga saat ini belum ditemukan tanggal pasti wafatnya Kangjeng Sunan Kudus,’’ papar Wildan.

Masyarakat mengantre dengan tertib untuk mendapatkan brekat.

Sementara Kiai Nadjib menambahkan, makna utama pelaksanaan Buka Luwur, yaitu untuk meneladani sosok dan perjuangan Kangjeng Sunan Kudus, yang menyebarakan Islam dengan jalan damai serta mengembangkan kebudayaan lkal,’’ katanya.

Selain itu, lanjutnya, Buka Luwur juga menjadi media refleksi untuk melestarikan peninggalan Kangjeng Sunan Kudus, tangible maupun intangible, utamanya ajaran tepa selira atau toleransi yang saat ini sangat dibutuhkan bangsa Indonesia.

Dalam Buka Luwur kali ini, bertindak sebagai MC KH. Nur Halim, iftitahul majlis bilfatihah di Tajug dipimpin KH. M. Arifin Fanani, qiatul quran oleh H. Hilal Haidar, doa asyura KH. Sya’roni Ahmadi, shalawat mengiringi ranjang luwur dipimpin H. Hilal Haidar, fatihah di dalam makam dipimpin KH. Mujib Sholeh, tahlil dipimpin KH. Hasan Fauzi dan doa tahlil dipimpin Habib Umar Al Mutahhar. (adb, gie/ ros)

Comments