Oleh: Fellicia Mahdina Septilya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan, guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar. Namun guru tidak terbatas mereka yang mengajar di bawah naungan lembaga pendidikan formal saja. Semua orang dapat menjadi guru kita. Orang yang usianya lebih tua dapat dijadikan panutan bagi yang lebih muda, pun sebaliknya.
Bagaimana guru yang baik? Islam menjelaskan, guru yang baik adalah guru yang mengajarkan ilmunya kepada yang belum mengerti dengan ikhlas, tanpa mengharap pujian, penghargaan, dan tidak karena karir.
Dengan kata lain, guru itu harus bisa jadi teladan. Pepatah mengatakan, “guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Ini menjadi penegas, betapa penting posisi seorang guru. Apapun yang dilakukan seorang guru, akan ditiru oleh murid-muridnya.
Maka, keteladanan dalam bentuk sikap dan perilaku, adalah hal yang tak bisa diabaikan. Memang benar, nasihat dalam bentuk lisan sangatlah penting. Namun nasihat dalam bentuk praktik, jauh lebih penting.
Peran dan tuntutan yang teramat berat disandang guru, tak pelak menempatkan posisi guru di tempat terhormat dan sangat penting bagi kehidupan. Satu huruf saja telontar dari mulut seorang guru, akan menjadi bekal dalam menggapai cita-cita. Islam sendiri memerintahkan umatnya untuk mengajarkan sesuatu walaupun hanya satu ayat.
Perintah untuk mengajarkan ilmu dalam Islam lebih didominasikan dalam bidang agama. Seperti mengajarkan Al-Qur’an kepada orang yang belum mampu membacanya. Atas jasanya guru, akhirnya kita mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar.
Sayangnya, guru bahkan sering tidak dihormati oleh murid-muridnya. Dia disepelekan saat menyampaikan penjelasan. ‘’Bungen tuwa. Mlebu kuping tengen, metu kuping kiwa,’’ demikian pepatah mengatakan.
Kendati seringkali disepelekan oleh murid sendiri, namun guru tetap ikhlas membimbing dan mendidik peserta didik dengan sepenuh hati, agar anak-anak yang dibimbing dan dididiknya bisa sukses kelak di masa depannya. Dan seorang guru akan tersenyum bahagia, melihat murid yang dididiknya, menjadi orang yang berhasil (sukses) melebihi dirinya. (*)
Fellicia Mahdina Septilya,
Penulis adalah peserta didik di MTs. Negeri 1 Kudus