KUDUS, Suaranahdliyin.com – Jumuah (16/2/2018), beberapa santri tengah bersuka ria melepas penat. Terlihat di lapangan depan Gedung Aliyah, sekumpulan santri bermain bola, tak peduli terik matahari memayungi.
Di tengah hembusan angin yang terasa kencang, enam jurnalis Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan (PTYQM), mewawancarai salah seorang santri yang berhasil menghafal al-Quran dalam waktu singkat, yakni sekitar 1 tahun lebih 5 bulan.
Adalah M. Zulfa Kamal, santri yang berhasil menyelesaikan hafalannya di paruh tahun kedua, semenjak ia menginjakkan kaki menjadi santri PTYQM. “PTYQM adalah pondok besar dan terkenal, khususnya bidang al-Quran, sekolah, dan bahasa asingngya. Ketika saya diberi informasi oleh guru di MI saya tentang pondok ini, dan ditawari orang tua belajar di sini, saya langsung tertarik dan mengiyakan,’’ ucapnya.
Alumnus MI Sabilil Ma’arif Islamiyah Kudus, ini menjadi santri di Menawan sebagai angkatan ke-8, ia belum mempunyai hafalan al-Quran, kecuali surat-surat pendek. “Saya ingin menjadi penghafal al-Quran. Menjadi penghafal al-Quran berarti keluarga Allah SWT., dan kelak orang tua akan diberi mahkota di akhirat,” ungkap santri yang lahir di Kudus pada 12 September 2004 itu.
Ia pun berkisah tentang caranya menghafal al-Quran dengan cepat dan lancar. “Ketika setoran hafalan di waktu Shubuh, langsung disetorkan kembali pada waktu Ashar di hari itu juga. Saya lakukan hari demi hari, hingga khatam,’’ tuturnya.
Ketika Saya duduk di bangku kelas VII, lanjutnya, sehari saya hanya menghafal 1 pojok, namun ketika duduk di kelas VIII, mencoba setor 2 pojok dalam sehari. Lalu ketika telah mampu menghafal 2 pojok dalam sehari, kemudian mencoba menghafal 3 pojok,’’ ungkapnya.
Selanjutnya, ketika hafalan yang telah dicapai ada yang belum lancar, Saya memberhentikan tambahan hafalan, untuk membenahi hafalan tersebut. Sewaktu telah kembali lancar, Saya lanjutkan hafalan ke pojok selanjutnya,’’ ujarnya.
Melakukan semua itu, akunya, Zulfa pernah mengalami rasa malas untuk nderes, namun ia kembali berpikir, bahwa cita-citanya belum tercapai dan harus berusaha dengan keras. ‘’Alhamdulillah, dengan kerja keras dan ridho Allah SWT, kini Saya telah merampungkan hafalan al-Quran,” urainya bahagia.
Ia pun mengakui, bahwa apa yang dicapainya, tidak sekadar kerja kerasnya belajar, tetapi juga berkat bantuan dan dampingan dari para ustaz dan juga doa dari orang tua. ‘’Setiap malam, bapak dan ibu selalu mendoakan Saya agar diberi kemudahan dalam menghafal setelah salat tahajjud,’’ kata santri yang aktif di kegiatan madrasah dan pondok di tengah aktivitasnya menghafal al-Quran. (arju, tajul, romli, jauhari, hasyim, zaki/ PTYQM/ adb, gie, ros)