
PERJALANAN hidup seseorang, memang memiliki sejarah sendiri-sendiri. Namun diakui atau tidak, pendidikan dan juga keaktivan seseorang di sebuah organisasi, akan membentuk watak dan karakter masing – masing orang.
Demikian juga dengan Nanik, aktivis perempuan kelahiran Desa Sukodono, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara pada 9 April 1975 lalu. Perempuan yang kini menahkodai Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Jepara ini, mampu memimpin organisasi kader perempuan Nahdlatul Ulama (NU) di Bumi Kartini, juga berkat pengalamannya berorganisasi semasa remaja.
Ya, Nanik yang merupakan tujuh bersaudara yang lahir dari pasangan Ali Ahmadi dan Purti (keluarga tokoh perintis agama Islam di Sukodono) ini, memang sudah aktif berorganisasi sejak remaja, dan sangat menyintai ilmu pengetahuan.
Rekam jejaknya di pendidikan, ia mulai belajar di SDN 3 Sukodono (1986), jenjang SMP ditempuhnya di SMP Negeri Tahunan Jepara (1989), kemudian melanjutkan di MA Walisongo Pecangaan di Jurusan A2 atau Fisika (1992), kemudian jenjang S-1 ditempuh di Jurusan Peradilan Agama Fakultas Syariah INISNU Jepara (1997).
Tak hanya di situ. Ia kemudian mengambil Akta 4 di Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) dan lulus pada 2004, Univeritas Negeri Semarang (Unnes) mengambil jurusan MIPA Matematika (2004), kemudian studi Prodi PGSD di Universitas Terbuka (2015), dan baru pada 20 Januari 2022 lalu, ia lulus Manajemen Pendidikan Pascasarjana UPGRIS Semarang.
Aktivis perempuan Jepara yang suka berorganisasi ini, kini mengabdikan diri sebagai guru (pendidik) di Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Sukodono, Kecamatan Tahunan di kelas VI. Sedang sore hari, dirinya mengajar di Madrasah Diniyah (Madin) Nurul Huda, Sukodono.
Khidmah di Organisasi
Perjalanannya khidmah di organisasi di bawah NU, antara lain dengan aktif di Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Santriyah yang pernah belajar di pondok pesantren Kiai Asy’ari dan KH Mahfud Asmawi Pecangaan ini, juga pernah bergelut di Ikatan Remaja Islam Masjid Nurul Huda, Sukodono (1991). “Waktu itu, IPNU- IPPNU belum terbentuk di Desa Sukodono,” terang Nanik.
Selanjutnya, Nanik memimpin PR Fatayat NU Sukodono untuk periode 2004-2007 dan 2007-2010. Berlanjut ia memimpin PAC Fatayat NU Kecamatan Tahunan periode 2013-2017 dan 2017-2021. Akan tetapi, di tengah perjalanan, pada 2018, saat konferensi PC Fatayat NU Kabupaten Jepara, Nanik terpilih menjadi Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Jepara periode 2018-2023.
Di luar aktivitas mengajar dan khidmah di NU melalui Fatayat, istri Mulato yang juga ibu dari Muhammad Virgo Andreti, Inas Asya Annisa Hanani, dan Fatimah Zidni Arsa Mutiara ini juga pernah direkrut United States Agency for International Development (USAID) sebagai tim monitoring dan evaluasi Decentralized Basic Education (DBE) USAID (2006-2011).
Pengalaman lain yang dimiliki, antara lain sebagai Ketua PPK Tahunan pada Pemilu Presiden dan Legislatif serta Pilkada (2011-2018), Pengelola PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sejak 2006, wakil sekretaris Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Kabupaten Jepara (IKA PMII) periode 2021-2026, dan pengurus Ikatan Pengusaha Nahdliyin (IPN).
Berbekal motto hidup “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”, ia pun mendorong para kader Fatayat NU di Bumi Kartini agar menjadi tokoh-tokoh yang loyal, militan, berdedikasi tinggi, berdayaguna dan berahlak karimah
“Bidang seni dan budaya juga tidak boleh dilupakan. Ini harus digarap dan diolah kembali, agar menjadi pengingat akan khazanah seni tradisional serta sebagai ikhtiar merawat budaya-budaya masyarakat yang mulai dilupakan,” tutur Nanik. (Zahlati, aktivis PR Fatayat NU Desa Sukodono)