
MALANG, Suaranahdliyin.com – Kisah sukses seseorang, baik sukses dalam bidang pendidikan, bisnis dan lainnya, selalu saja menjadi inspirasi menarik yang bisa menjadi teladan masyarakat luas, khususnya generasi muda.
Ahad (7/2/2021) ini, cerita sukses dalam bidang pendidikan, diangkat oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’had Aly (STAIMA) Al-Hikam, Malang, melalui webinar.
Webinar nasional bertajuk “Dari Dampar Pesantren Sampai Doktor” melalui zoom meeting ini, antara lain mendaulat Dr. Abdulloh Hamid M.Pd., dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, sebagai salah satu narasumber.
Dr. Abdulloh Hamid, adalah salah satu sosok yang cukup inspiratif dalam perjalanan intelektualnya. Dia mengisahkan, bahwa dirinya dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah seorang kiai kampung, petani dan khidmah di sebuah yayasan.
“Ibu saya pedagang beras. Dulu pernah menjadi penjahit, dan pernah pula sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Timur Tengah,” kisahnya mengawali paparan tentang jalan panjang nan berliku dalam meniti tangga kesuksesan.
Pada 1996, dia diajak ayahnya untuk jalan-jalan ke Kudus, melihat pesantren dan madrasah untuk melanjutkan studi. Waktu itu, ia mengikuti tes seleksi masuk di MTs Negeri Kudus dan MTs TBS Kudus. “Hasilnya, saya diterima di Madrasah Persiapan Tsanawiyah (MPTs) TBS, dan harus mengulang dua tahun untuk masuk jenjang MTs. Di sisi lain, saya diterima di MTs Negeri Kudus,” katanya.
Selanjutnya, dia pergi ke Masjid al-Aqhsa Menara Kudus. “Di bawah Menara Kudus, ayah saya berkata: Mid, kowe milih ijazah apa ilmu?” ayah saya bertanya. “Akhirnya saya memilih mengulang dua tahun di MPTs TBS Kudus. Saya belajar di Madrasah TBS hingga jenjang Madrasah Aliyah,” terangnya.
Selepas dari Madrasah TBS, Hamid melanjutkan studi Diploma II di IAIN Walisongo Semarang. Di sela-sela kuliah, ia aktif di PMII sekaligus menjadi Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Diploma II Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. “Tahun 2006, saya dinobatkan sebagai wisudawan berprestasi tertinggi,” ungkapnya.
Setelah lulus Diploma II, lanjutnya, sembari mengajar di madrasah rintisan ayah, saya aktif di IPNU Kecamatan Sukolilo, dan mendapat amanah sebagai ketua. Namun kemudian dirinya memutuskan melanjutkan kuliah di STAIN Kudus (sekarang IAIN).
“Dalam perjalanannya kemudian, selepas sebagai ketua PAC IPNU Sukolilo, saya terpilih sebagai Ketua PC IPNU Kabupaten Pati masa khidmah 2009 – 2011. Sesuai pesan ayah, saya di IPNU niat belajar dan khidmah kepada para ulama NU,” paparnya yang berhasil merampungkan studi Program Sarjana (S1) di STAIN Kudus dan lulus Cum Laude pada 2009 itu.
Kemudian, atas dukungan orang tua, senior, dan pembina, dengan penuh tekad dirinya melanjutkan studi Magister (S2) di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan biaya sendiri. “Pagi sampai sore kuliah, sore hingga malam bekerja, dan tengah malam baru bisa belajar materi perkualiahan kampus,” kenangnya.
Kendati berat, namun Hamid menjalaninya dengan enjoy. “Prinsip saya waktu itu adalah, saya bekerja untuk hari ini, dan saya belajar untuk hari esok,” ujarnya yang akhirnya mampu lulus UNS dengan predikat Cum Laude. “
Ia lulus dari UNY pada September, dan bulan berikutnya (Oktober), ada lowongan Pegawai Negeri Sipil (PNS) besar-besaran. Dia pun memberanikan diri mendaftar, berbekal restu orang tua, istri, dan juga guru-gurunya.
“Pada 2014, saya resmi menjadi dosen CPNS di Surabaya. Setelah mengabdi dua tahun, ada informasi beasiswa 5000 Doktor dari Kemenag RI. Dengan ikhtiar dan doa, atas izin Allah, saya mendapatkan beasiswa Program Doktor (S3) Teknologi Pembelajaran di Universitas Negeri Malang (UM). Tak hanya itu, saya juga diterima menjadi PNS di UIN Sunan Ampel Surabaya,” jelasnya.
Pencapaian yang diraihnya, menurut tim media Pengurus Pusat Rabhithah Ma’ahid Islamiyyah (RMI) PBNU tersebut, merupakan anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Selain itu, juga berkah dari khidmah kepada NU, juga berkat doa orang tua, keluarga, guru-guru dan juga teman-teman,” tuturnya. (luh, ros, mail/ adb, rid, gie)