KUDUS, Suaranahdliyin.com – Munculnya gerakan-gerakan yang mengatasnamakan Islam dan mendirikan negara Islam, menggugah IPNU-IPPNU Kabupaten Kudus menyelenggarakan Islamic Student Patriotism Training (ISPT).
ISPT yang dilangsungkan di Wisma Muslimin Janggalan, Kudus itu diikuti sekitar 60 peserta dari berbagai sekolah negeri. Antara lain SMAN 1, SMAN 2, SMAN 1 Jekulo, SMAN 1 Mejobo, SMAN 1 Bae, dan MAN 2 pada Jumat (3/11/2017) lalu.
Deretan narasumber level nasional datang memberikan pencerahan pada kesempatan itu. Antara lain H. Nusron Wahid (kepala BNPTTKI yang juga mantan ketua umum GP. Ansor), Dwi Saifullah (ketua PP IPNU Bidang Kaderisasi), Ferial Farkhan Ibnu Ahmad (ketua PW IPNU Jateng), dan Eko Harijatmiko (Kesbangpol Kudus).
Wahyu Saputro, ketua PC IPNU Kudus, mengatakan, digelarnya ISPT, karena keresahan melihat pelajar sekarang yang banyak menerima informasi dan pemikiran-pemikiran dari sumber yang kurang bisa dipertanggungjawabkan.
‘’ISPT ini merupakan ruang yang dipergunakan untuk meluruskan pemikiran-pemikiran pelajar sekarang, agar sesuai dengan pemikiran yang lurus dan juga sebagai sarana penanaman nilai-nilai nasionalisme,’’ ujarnya.
Nusron Wahid pada kesempatan itu memberikan motivasi para pelajar agar memiliki cita-cita yang tinggi. ‘’Banyak pelajar Indonesia yang tidak memiliki cita-cita tinggi. Jika keadaan ini diteruskan, Indonesia ke depan hanya menjadi penonton di negeri sendiri. Milikilah cita-cita tinggi untuk menjadi bos di negeri sendiri,’’ tegasnya.
Dia mengingatkan, agar pelajar belajar dengan sunguh-sunguh, sehingga mengetahui pula gerakan-gerakan yang mengatasnamakan Islam dan ingin mendirikan Negara Islam di Indonesia.
‘’Indonesia sejatinya adalah negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, sehingga harus dijaga dengan sunguh-sunguh. Jika tidak diberi wawasan tentang pentingnya menjaga NKRI, Saya tidak tahu bagaimana wajah Indonesia 50 tahun ke depan,’’ paparnya.
Dwi Saifullah, berharap, para peserta ISPT menjadi lebih terbuka wawasannya dan bisa menjadi patriot di sekolahnya masing-masing. ‘’Pesan Saya, jangan mudah terpancing untuk ikut-ikutan mendirikan Negara Islam. Indonesia negara plural yan menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Yang mendirikan Indonesia bukan hanya orang Islam saja, banyak dari kalangan non Muslim yang ikut andil dalam pembentukan NKRI,’’ katanya. (tofa/ adb, ros)