Harlah ke-71 Madrasah Mu’allimat NU Kudus, Ning Nawal: Prioritaskan Ilmu, Amal dan Dzikir

0
216
Ning Nawal Taj Yasin ceramah dalam puncak harlah Madrasah NU Muallimat Kudus

KUDUS, Suaranahdliyyin.com Puncak pengingatan Hari lahir (Harlah) ke-71 Madrasah Mu’allimat NU Kudus mengusung tema “Menjadi Madrasah Terdepan” bertempat di Gedung JHK Kabupaten Kudus. Sabtu, (27/7/2024). Dalam kesempatan iru, siswi-siswi Madrasah Mu’allimat NU Kudus menampilkan parade lalaran Alfiyah Ibnu Malik dan diiringi dengan rebana Annida Mu’allimat Kudus.

Hadir menyampaikan mauidhah hasanah Ning Nawal Arafah Taj Yasin (Rembang. Ning Nawal mengatakan bahwa dalam harlah ini semoga bisa menajadi momentum memperkuat niat dan langkah ndereaken para sesepuh.

“Semoga niat dan langkah kita semua ini memprioritaskan ilmu, amal dan dzikir, ” terang Ning Nawal.

Istri mantan wakil Gubernur Jateng Gus Taj Yasin mengutip salah satu hadist dari Riyadus Sholihin :
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «ألا إن الدنيا مَلعُونة، مَلعُونٌ ما فيها، إلا ذكرَ الله تعالى، وما وَالاهُ، وعالما ومُتَعَلِّمَا».  [رواه الترمذي وابن ماجه].
Yang Artinya Dari Abu Hurairah-raḍiyallāhu ‘anhu-, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Ketahuilah bahwa dunia itu terlaknat, terlaknat pula apa yang ada di dalamnya, kecuali zikir kepada Allah -Ta’ālā- dan apa yang mengikutinya, serta orang yang alim dan yang menuntut ilmu.”

“Dunia itu dibenci oleh Allah, kecuali dzikir kepada Allah dan sesuatu yang bisa menjadikan kita dekat kepada Allah, “tutur Ning Nawal.

” Demikian pula thariqoh para kyai juga seperti Ilmu, amal, dzikir kepada Allah sehingga banyak yang kemudian mengajar, amal, dzikir dan mempunyai thariqoh.”sambungnya.

Paduan suara siswi madrasah Muallimat menampilkab lalaran Alfiyah

Dalam cerita Mbah Maimun Zubair, tutur Ning Nawal, Mbah Maimun itu punya Thoriqoh Naqsabandiyah, mengambil sanad dari Syech Diya’ Al Kurdi dari Mesir. Syekh Diya’ mengambil dari Abahnya yang bernama Syekh Najmuddin. Syech Najmuddin mengambil dari Ayahnya Syech Amin al-Kurdi yang masyhur menulis satu kitab namanya Tanwirul Qulub, naik lagi bertemu dengan Syekh Bahauddin Naqsabandi, kemudian naik lagi bertemu Salman Al Farisi, Abu bakar Ash Shiddiq, dan Nabi Muhammad SAW.

“Satu hal yang dilakukan oleh para yai tidak hanya cukup dengan ilmu, dan amal saja. Tapi kita semua diutus untuk mempunyai tawaddu’, ” tandasnya.(Rishalia Qolifaun Janna, Mahasiswa PPL Prodi KPI FDKI IAIN Kudus 2024/adb)

Comments