Gito Nasiyo, Banser Dari Abangan Aliri Keluarga Dengan Darah NU

0
4371
Foto Gito Nasiyo diapit istri dan anaknya yang mengikuti Diklatsar Banser-Fatser

WONOSOBO,Suaranahdliyin.com – Akhir Desember 2017 lalu, beredar foto viral di berbagai group Whatsapp GP Ansor. Dalam foto itu, seorang pelatih Banser dari Wonosobo diapit istri dan anaknya usai mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Banser – Fatser  di SMK Andalusia Kertek Wonosobo, 29 desember 2017 s/d 1 januari 2018.

Para anggota group pun memberikan apresiasi foto tersebut. Jurnalis Suaranahdliyin.com terketuk menghubungi sosok pelatih Banser yang bernama Gito Nasiyo (49) ini. Melalui jagongan pribadi (japri), Ia pun dengan enteng membalas pertanyaan yang terlontar.

Gitu Nasiyo yang beralamat dusun Anggrung Gon ndok Rt 04 Rw 02 desa Reco Kertek Wonosobo ini mengaku berasal dari keluarga abangan. Saat mengenal Gerakan Pemuda (GP) Ansor tahun 1997, jiwanya langsung cepat mengalir darah NU sampai sekarang.

“Saya menjadi ketua ranting GP Ansor desa Reco dua kali. Di sela-sela itu saya mengikuti diklatsar pada awal reformasi tahun 1998,”tuturnya mengawali perbincangan.

Semakin rasa cintanya kepada Ansor-Banser, Gito pun mengikuti berbagai pelatihan banser tingkat satkoryon maupun cabang hingga dirinya kini menyandang predikat sebagai pelatih. Beberapa pelatihan yang diikuti diantaranya Trainer of Training (TOT) tahun 2012, Pelatihan Kolodete rescue, pelatihan LPBI NU, Suspelat dan susbalan.

“Saya mendampingi pelatihan satkoryon tahun 2011dan aktif pelatihan cabang tahun 2012,”jelas Gito.

Bagi dirinya, kaderisasi adalah sebagai bekal mengawal amaliah terutama untuk menutupi latar keluarga yang abangan. Apalagi, ia menyadari bahwa dalam lingkungan abangan selalu mendominasi menjadi kekuatan terstruktur.

“Dari sini,  kami memberi motivasi sekaligus membentengi diri dan keluarga dari pengaruh hoibi dan budaya. Kami memberikan satu pedoman aliran darah dan ideologi NU yang sangat kental untuk anak istriku,”katanya.

Ia menuturkan sangat menikmati suka dukanya pelatihan banser. Dalam pelatihan, menurut suami Suwanti ini, semua peserta dari berbagai latar belakang bisa berkumpul tanpa membedakan jabatan maupun pendidikan.

“Dukanya saat ada peserta yang mengalami gangguan kesehatan, karena prinsip di kita akan dinyatakan sukses bila semua peserta selamat.”imbuh Gito

Terkait dengan pekerjaan, ia tidak merisaukan. Pasalnya, keluarga Gito baik anak dan istri saling mensuport dan memahami keberadaanya. “Prinsipnya, rizqi yang mengatur Allah Yang Maha Kuasa,”ucapnya singkat.

Terkait alasan anak istri mengikuti diklatsar, Gito menegaskan supaya mereka merasakan kerasnya pelatihan dan memiliki jiwa perjuangan dalam NU.

“Keluarga kami biar tumbuh jiwa pejuang yang kuat dan mengalir darah NU yang kental,”tandasnya lagi.

Kepada anggota Ansor – Banser. ia berpesan supaya menjadi kader militan berjuang tanpa pamrih sehingga Aswaja NU tetap kokoh. (adb)

Comments