KUDUS,Suaranahdliyin.com – Fenomena gerhana bulan menjadi momentum perenungan kekuasaan Allah SWT terhadap alam semesta. Termasuk pula banyaknya bencana alam, gempa bumi yang terjadi belakangan ini di Bali. Hal itu mengemuka dalam khutbah salat gerhana bulan di Masjid Agung Kudus, Rabu (17/07/19).
Bertindak sebagai khatib, A’wan Syuriyaj PCNU Kudus, Drs. KH. Shodiqun, M.Ag menyampaikan pentingnya bagi masyarakat untuk berpikir dan merenungkan fenomena alam. Ia menyebut, Allah Swt tidak mungkin menciptakan sesuatu yang tidak berguna. Semua penciptaan yang ada di langit dan bumi, termasuk matahari dan bulan adalah pengingat untuk bisa dijadikan sebuah pelajaran.
“Sungguh, sebagai manusia hendaknya kita bisa manjadikan itu semua sebagai pelajaran dan mengingat kebesaran Allah dan memperbanyak bertaubat,” katanya.
Mengutip sebuah hadits, ia juga mengatakan bahwa merenungi tanda kebesaran Allah Swt lebih baik daripada salat sunnah di sepertiga malam. Barang siapa mau memikirkan dan merenungi fenomena alam sebagai tanda kebesaran Allah Swt maka akan diberikan kepadanya kebahagiaan dan keberuntungan.
“Maka, adanya gerhana bulan ini mari kita jadikan sarana untuk mengagungkan Allah Swt agar mendapat kebahagiaan dan keberuntungan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Kudus, Azhar Lathif Nashiran, menyampaikan termasuk pelajaran yang petik dari gerhana adalah supaya manusia tidak takabur. Gerhana, kata dia, mengingatkan bahwa hakekat kehidupan ada kalanya terang dan gelap.
“Begitu lah kehidupan, tidak selalu berjalan mulus, juga tidak selalu terjal. Pasti ada kemudahan dan kesulitan. Yang terpenting harus diingat itu semua adalah tanda kebesaran Allah Swt,” ujar Azhar.
Pada gerhana bulan sebagian kali ini, LFNU bekerja sama dengan pengurus Masjid Agung Kudus dan Ma’had Aly TBS. Puluhan masyarakat juga tampak antusias mengikuti rangkaian acara salat gerhana yang diawali dengan pengamatan bersama gerhana bulan sebagian. (Rid/adb,ros)