Ramadan memang menggerakkan kehidupan menjadi lebih berwarna. Ramadan sebuah kebahagiaan, keceriaan, dan kemenangan pada umat muslim.
Bulan suci ini pun memunculkan kesan dan makna berbeda-beda di kalanhgan umat Islam. Hal itu, juga dirasakan para santri/ santriyah di pondok pesantren.mereka Di mana bulan yang dinanti-nantikan itu, diisi dengan berbagai aktivitas yang menjadi rutinitas tahunan bagi umat muslim diseluruh dunia.
Di Pondok Pesantren Prisma Quranuna Kudus, misalnya. Ramadan menebar warna dalam setiap perbedaan di kalangan santriyah. Akan tetapi satu yang pasti, banyak teman maka banyak pula pengalaman yang santriyah dapatkan.
Penulis sendiri merasakan, Ramadan kali ini terasa lebih berwarna. Mengapa? Karena setiap perbedaan yang santriyah miliki menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai perbedaan. Pentingnya menjaga kebersamaan, mengajarkan bahwa setiap orang memiliki kepercayaan yang berbeda, namun tetap harus saling menghormati dan menjaga kerukunan.
Pelangi Ramadan tidak hanya terlihat dari warna-warni dalam menjalani ibadah di bulan suci ini, tetapi juga dalam menebar pelangi kebahagiaan, menebar keceriaan untuk semua orang berbagi aura semangat untuk semua orang.
Melihat orang bahagia karena kita, adalah sesuatu yang sangat berarti. Dan sebagai pribadi yang menggembirakan, tentu menginginkan dirinya menjadi pribadi yang terus berproses menjadi lebih baik, berkepribadian utama serta senantiasa menggembirakan orang lain.
Dalam salah satu hadi, Imam Bukhari menyebutkan: “Dari Abu Musa radliyahhahu anhu, dia berkata, para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama?” Rasulullah menjawab, “Siapa yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya.” (HR Bukhari)
Mendefinisikan bahwa muslim yang paling utama yakni seorang muslim yang tidak merugikan orang lain, baik melalui lisan atau tindakannya. Muslim yang dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah merugikan orang lain, tidak mengganggu ketenangan orang lain dan tidak membuat kecewa orang lain, tetapi sebaliknya; bermanfaat bagi orang lain.
Dengan hadirnya Ramadan, semangat dan kebersaamaan para santriyah membuncah. Sedari yang tadinya jauh menjadi dekat, dan yang sebelumnya tersekat menjadi erat. Ini adalah salah satu energi positif Ramadan pula; menyatukan yang berserakan. Itu terjadi melalui berbagai kesempatan, baik sahur bersama, buka puasa bersama, bahkan salat berjamaah.
Pelangi Ramadan sebagai simbol warna-warni dalam kehidupan. Dengan habluminannas kita bisa saling bersilaturahmi serta berbagi ilmu. Pahala berlimpah menjadi bonus yang sangat dahsyat bagi orang mukmin. jika dilakukan dengan adab-adab yang sesuai.
Kesempatan berbondong-bondong untuk meningkatkan ibadah dan berbuat baik pada saat Ramadan, sekecil apapun itu, maka Allah akan membalasnya dengan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda.
Maka menjadi pemandangan biasa manakala banyak orang pada momentum Ramadan ini, berlomba-lomba bersedekah seperti melalui berbagi takjil. Adalah hal yang membahagikan, manakala kita bisa berbagi takjil di jalanan bagi saudara yang berpuasa seharian dan belum sempat sampai rumah untuk berbuka puasa bersama keluarganya. (*)
Sindy Amelia Putri,
Penulis adalah santriyah Pesantren Literasi Prisma Quranuna Kudus dan mahasisiwa Program Studi Hukum Keluarga Islam (Prodi HKI) Fakultas Syariah IAIN Kudus