
KUDUS,Suaranahdliyin.com – Sebagai perempuan, terjun dalam dunia persilatan bukanlah menjadi halangan. Bahkan bila menekuni, bukan saja ilmu beladiri yang dimiliki tetapi juga prestasi
Hal inilah yang menjadikan Dewi Alfiyah merasa yakin untuk terus berlatih pencak silat Pagar Nusa. Kendati ada yang mengkhawatirkannya, perempuan beralamat dukuh Menyatus Karangmalang Gebog Kudus hingga kini telah berhasil menyandang segudang prestasi silat.
Saat dihubungi Suaranahdliyin.com pekan kemarin, Dewi menunjukkan deretan prestasi yang ia raih dari tingkat daerah hingga nasional. Pada 2015, ia mengawali dengan juara 3 Pekan Olah Raga Daerah (POPDA) kabupaten Kudus . Baru kemudian pada 2017-2019 bisa juara 1 Popda dan juara 3 provinsi hingga juara pertama Pekan Olahraga dan Seni Antar Ponpes Nasional (Pospenas) di Bandung (2019).
“Itu menjadi prestasi pencak silat saya yang paling bergengsi di tingkat remaja,”ujar mahasiswi semester 1 jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Dalam penuturannya, Dewi mulai berlatih pencak silat Pagar Nusa sejak kelas 1 MTsNU Hasyim Asy’ari 2 Sudimoro. Motivasinya, putri pasangan Suparkan – Sutinah mengaku untuk mencari tempat penyalur amarah yang positif serta menjaga dirinya dan kakak perempuannya.
“Kakak saya penakut dan apabila keluar rumah tidak dapat izin orang tua sehingga saya nekat mengeluti olahraga beladiri,”tutur pesilat kelahiran 18 Oktober 2001.
Awalnya, lanjut Dewi, orang tua kurang mendukung dengan alasan seorang perempuan. Namun berkat prestasi yang ia raih, lama-kelamaan hati orang tua luluh memberikan izin.
“Alasan lain yang membuat saya tetap ikut pencak silat adalah pernyataan pelatih bahwa orang NU harus menghidupkan organisasi NU, kita mengikuti silat juga sebagai ladang dakwah, prestasi dan pembentukan mental.”tandas,alumnus MANU Hasyim Asy’ari 2 Kudus.

Setelah lama bergabung Pagar Nusa, Dewi bisa merasakan manfaat dari olah raga pencak silat. Selain prestasi, Dewi bisa memiliki sikap dan mental disiplin, tanggung jawab, solidaritas dan kemampuan mengembangkan publik speaking.
“Dulunya saya penakut , sekarang bisa menjadi pemberani,”imbuhnya.
Mengenai kiat meraih prestasi, menurutnya, harus meminta ridlo (ijin) orang tua dan ta’dzim kepada pelatih serta penuh kedisiplinan.
“Tidak suka mengeluh serta terus belajar dan belajar,”tegas Dewi yang bercita-cita menjadi atlit internasional ini.
Pada momentum hari lahir ke 35 Pagar Nusa 3 Januari 2021, Dewi menyampaikan pesan bahwa perbedaan gender tidak menjadi halangan untuk berprestasi. Ia juga mendorong kader-kader Pagar Nusa supaya tidak cukup puas dengan pencapaian prestasi hari ini.
“Dan ingat, ojo wani-wani nek wedi, ojo wedi-wedi nek wani (jangan berani-berani jika takut, jangan takut-takut jika berani),”tegasnya mengakhiri perbincangan.(Qomarul Adib/ros)
