Download Buletin Suara Nahdliyin Edisi Ke 5
Tak terasa, sewindu sudah bangsa ini kehilangan sosok yang demikian dihormat dan dicintai rakyatnya: KH. Abdurrahman Wahid. Kerinduan akan sosok yang akrab disapa Gus Dur itu, pun senantiasa menyeruak di sanubari sebagian besar anak negeri.
Tak pelak, setiap hari, makam Gus Dur yang berdampingan dengan makam Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari dan sang ayah, KH. A. Wahid Hasyim, itu selalu banjiri peziarah dari berbagai kota. Dan kerinduan itu kian membuncah, manakala mendekati haul sang guru bangsa itu.
Setiap kali mendekati haul Gus Dur, masyarakat dari berbagai lapisan organisasi, khususnya warga Nahdliyin, menggelar beragam kegiatan untuk memperingat sosok pejuangan kemanusiaan yang wafat pada 30 Desember 2009 lalu.
Beberapa tahun belakangan, oleh warga Nahdliyin, Desember pun kemudian “dikenal” dengan ‘Bulan Gus Dur’. Bukan tanpa alasan, tentunya, menyebut bulan mangkatnya Gus Dur dengan ‘Bulan Gus Dur’, karena faktanya, memang banyak kegiatan yang digelar untuk mengenang sang Guru Bangsa tersebut.
Silakan dicatat, berapa banyak kegiatan memperingati wafatnya Gus Dur yang digelar oleh masyarakat, khususnya warga Nahdliyin. Para kader muda Nahdlatul Ulama (NU) sendiri, pada pekan terakhir November lalu, menggelar diskusi kecil dengan menghadirkan putri Gus Dur, Inayah Wulandari.
Diskusi kecil diadakan di tengah kesibukannya menjadi juri dalam festival teater pelajar di Kota Kretek, itu pun memberikan sebuah pemahaman dan keteladanan bagi para kader muda yang hadir, tentang kemanusiaan yang senantasa diperjuangkan Gus Dur.
Perjuangan untuk kemanusiaan itulah, yang mesti kita gali pada momentum haul Gus Dur ini. Wallahu a’lam. (*)